Vei tak sanggup bersuara saat mendengar ucapan Gama dengan jelas di mana sorot matanya menatap lurus pada netra jernihnya. Tubuhnya seakan lemas tak mampu mendorong Gama agar ia terbebas dari posisi itu dan yang tak Vei mengerti adalah, degup jantungnya yang berdegup kencang tak terkendali. Vei segera mengalihkan pandangan berharap dengan begitu degup jantungnya bisa diselamatkan. Meski sebagian hatinya memintanya memberontak, bersikap seperti dirinya yang biasa, ia tak bisa melakukannya. Kakinya bahkan terasa lemas karena posisi mereka sekarang. Gama tetap bertahan pada posisi tanpa melepas pandangan sedikitpun dari Vei meski Vei mengalihkan pandangan darinya. Sampai tiba-tiba ia mengaduh sakit saat Vei menginjak kakinya. “Awh! Adu duh!” Gama meringis mengangkat kaki. Melihat itu, Ve