Vei menoleh dan mendapati seorang pemuda berjalan ke arahnya. Dahinya sedikit berkerut saat pemuda itu telah berdiri di hadapan seakan tengah mengingat-ingat pernah bertemu pemuda itu di mana. “Jangan menatapku seperti itu. Apa kau lupa padaku?” ucap Diki melihat bagaimana ekspresi Vei. “Ah, maaf. Kau … temannya Gama yang waktu itu?” jawab Vei dengan sedikit ragu. Ia mulai ingat bahwa pemuda itu adalah Diki, teman Gama yang waktu itu. Diki bersedekap d**a, menarik nafas hingga dadanya membusung dan mengatakan, “Ya, kau benar. Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan di sini?” “Aku … menunggu Gama. Dia mengambil buku yang tertinggal.” Sebenarnya Vei merasa canggung harus bicara dengan Diki tapi, ia tak bisa melarikan diri. Ia hanya bisa berharap Diki segera pergi. Karena entah hanya pera