23. Gelap-gelapan

1239 Kata

“Hachu!” Gama bersin, ia menggigil terlebih saat hujan deras itu mulai disertai angin. Ia tak membawa jas hujan, ia juga tak berani pulang dengan cuaca buruk seperti sekarang ini. Padahal sebelumnya cuaca baik-baik saja hanya diselimuti sedikit mendung tapi, siapa kira akan datang badai. Gama melihat ponselnya yang terus berdering. Melihat nomor Galih, ia menggeser layar mengangkat panggilan. “Halo.” “Halo, Gam. Kau sudah di rumah?” tanya Galih di mana suaranya terdengar cemas. “Aku di rumah Vei. Bagaimana denganmu?” “Aku masih di restoran, berteduh.” “Dena masih bersamamu?” “Ya. Dia masih di sini. Syukur lah jika kau di sana. Aku khawatir kau masih di jalan dengan cuaca seperti ini.” Duaar! Petir menyambar, begitu keras hingga membuat Gama terjingkat dan menjatuhkan ponselnya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN