Gama meringis mengusap kepalanya yang mendapat hadiah jitakan dari sang ayah. Ayahnya yang sebelumnya berdehem, memberinya hadiah jitakan karena Gama berani bermesraan di rumah apa lagi di luar. “Sssh, tak perlu melakukannya, kan, Yah,” ucap Gama disertai desisan. “Kalau mau bermesraan, setelah menikah dan jangan di luar rumah. Kau sengaja agar orang sekampung menikahkan kalian?” Gama menatap ayahnya dalam diam dan tampak berpikir. “Hm, itu ide yang bagus.” Duak! Lagi, ayah Gama kembali memberinya jitakan. “Dasar!” “Hei kalian berdua. Berhenti bermain dan ayo sarapan.” Suara ibu Gama terdengar. Ia berdiri di ambang pintu menyuruh mereka sarapan. Trisna menghela nafas kemudian membalikkan badan dan masuk ke dalam rumah. Ayu yang sebelumnya melihat sang suami memberi sang putra