Vei merasa canggung saat Hani kembali ke kamar terlebih melihat mata Hani yang tampak sembab. “Ah, Ano ….” “Kau tidur di sini. Aku akan tidur dengan ayahku,” ucap Hani seraya mengambil guling kesayangannya. Mendengar itu membuat Vei merasa bersalah. “Aku bisa tidur di lantai, tidak apa-apa,” ujar Vei. Ia tidak ingin Hani terpaksa tidur di kamar ayahnya karena dirinya. “Aku tidur dengan ayahku karena aku ingin. Sudah, tidur saja di tempat tidurku,” sahut Hani ketus kemudian berjalan keluar kamar menuju kamar ayahnya. Vei ingin mencegah tapi, sepertinya percuma. Ia yang sebelumnya berdiri di sisi meja rias pada akhirnya duduk lemas di tepi ranjang. Tiba-tiba saja ia teringat Dena, teringat saat ia kerap bersikap ketus padanya. “Hah … apa ini karma?” gumam Vei dengan memijit kecil p