“Ih, Vei, kenapa mukamu seperti tak ikhlas begitu?” Saat ini Vei dan Dena tengah dalam perjalanan ke sebuah restoran menggunakan taksi online. Seperti rencana, Vei setuju mengantar Dena bertemu teman online-nya. “Lalu kau mau aku seperti apa? Berteriak girang atau tertawa seperti orang gila?” timpal Vei dengan memutar bola mata malas. Dena kian merangkul Vei dan tertawa. “Hihihi, kau itu, kenapa ketus sekali? Cobalah bersikap manis siapa tahu nanti ditaksir pak presdir.” Vei terdengar mendengus. Jangankan Presdir, pangeran sekalipun tak akan bisa membuka pintu hatinya. “Ngomong-ngomong, sejak kapan kalian saling kenal hingga memutuskan bertemu? Jangan bilang baru kenal tadi siang dan memutuskan bertemu malam ini.” Vei bertanya karena menurutnya ini terlalu mendadak. Jika sudah pun