Di dalam mobil yang bergerak, suasana hening menegang. Evan memandang lurus ke depan. “Claire bilang aku ikut proyek film pendek,” lanjut Viana, suaranya menurun, tapi nadanya masih tajam. “Aku seorang aktris, Evan? Atau setidaknya pernah menjadi salah satunya?” Evan tetap diam. Hanya jemarinya yang menggenggam lutut perlahan, merespons ketegangan yang makin pekat di antara mereka. “Evan!” suara Viana meninggi. “Jawab aku,” desaknya, napasnya mulai memburu karena frustrasi. Akhirnya, Evan menoleh perlahan. Tatapannya lembut, tapi juga hati-hati. “Sayang… hey.” Suaranya merendah, berusaha menenangkan. “Kau harus tenang dulu.” Viana menggeleng, matanya mulai berkaca-kaca. “Tidak, Evan. Aku ingin tahu semuanya sekarang. Aku seperti hidup tanpa arah. Jadi, setidaknya berikan aku petunjuk