Viana akhirnya membuka mata dengan terkejut. Napasnya memburu, dadanya naik turun tak beraturan seiring tubuhnya yang masih gemetar halus. Matanya membelalak menatap Evan. Evan menatapnya lekat-lekat. “Kau bermimpi buruk,” gumamnya pelan, lalu menggeser tubuh, bersiap bangkit dari tempat tidur. Namun sebelum ia sempat berdiri, tangan Viana terulur cepat dan mencengkeram lengannya dengan erat. “Bisakah kau tetap di sini?” suara wanita itu terdengar lirih dan bergetar. “Aku… takut.” Evan terdiam sesaat sambil menatap wajah istrinya yang pucat dan ketakutan. Tanpa banyak pikir, ia kembali duduk di tepi ranjang. Viana mencoba mengatur napasnya. Tapi bayangan dari mimpinya masih kuat. Wajahnya tegang, matanya menerawang. “Aku sedang berlari,” bisiknya tanpa sadar. “Tempatnya gelap, sepi…