“Mengecek apakah kau benar-benar tertidur atau hanya pura-pura.” Viana tidak berkedip. Wajah Evan masih berada sangat dekat. Napas pria itu menyentuh kulitnya, membuatnya sulit menahan debar jantung yang makin kacau di dalam sana. “Dan?” balas Viana mencoba terdengar malas dan nyaris menguap. “Sudah puas memeriksa?” Seringai Evan masih bertahan. “Cukup puas,” gumamnya sambil menyelipkan satu tangan di samping kepala Viana. “Meskipun—” lanjutnya dengan nada suara turun setengah oktaf. “Kalau kau memang ingin pura-pura tidur, sebaiknya jangan terlalu tegang menggenggam seprai.” Viana langsung menyadari jari-jarinya yang masih menggenggam kuat kain seprai di bawah sana. Ia melepaskannya cepat-cepat, lalu memutar wajah ke samping dengan elegan. “Kalau kau sudah selesai mengamatiku, aku i