Viana mendongak, menatap Evan dengan mata bergetar penuh ketakutan. “Di sana...,” bisiknya pelan sambil menunjuk ke arah belakang, “…di sayap timur. Ada seorang wanita. Dia menyebut nama Elizabeth Kane. Aku… aku tidak tahu itu namanya, atau dia mengiraku orang itu.”
Rahang Evan menegang, bibirnya berkedut tipis. Sial.
“Evan…” suara Viana terdengar bergetar, “…siapa wanita itu? Dia … dia tampak kacau.”
Tiba-tiba tatapan Evan berubah tajam. “Kenapa kau berkeliaran?” tanyanya dingin dan penuh penekanan.
Viana lantas tersentak, tubuhnya kaku seketika. “Aku… aku tidak berkeliaran,” jawabnya terburu-buru. “Aku hanya butuh suasana baru, Evan.”
Evan menarik napas dalam. “Jika kau butuh suasana baru, kau bisa mengatakannya padaku. Bukan berkeliaran seperti orang yang lupa batas.”
Kalimat tera
