Elina masih menatap nanar ponsel di tangannya yang sudah tidak lagi menampilkan sambungan telepon dengan suaminya. Sudah beberapa menit berlalu, tapi ia masih mematung di atas ranjang. Sementara air mata tak henti menetes. Rasa sakit kian menghujam jantungnya. Cinta suaminya hanya milik Jihan. Seharusnya Elina tahu itu. Bukan ia tidak berusaha menumbuhkan rasa itu di dalam hati Arga. Ia sudah berusaha, menciptakan suasana romantis. Berdua jalan ke Mall. Menghabiskan waktu berdua, seperti makan malam atau pergi jalan-jalan. Yang terakhir justru bertemu Jihan, dan suaminya ini bak robot yang menatap Jihan nyaris tak berkedip. Elina tahu, walau suaminya kala itu tidak menyapa Jihan, tapi hati Arga saat itu pasti berdebar hebat. Sejak saat itu, suaminya jadi banyak melamun. Bukan berburuk s