Bab 14

1442 Kata
Danu cukup yakin sesudah membawa Risa keluar dari air, dia melafalkan kata magis, membuat seseorang yang berkaitan dengan Risa, lupa dengan keberadaannya. Namun, mengapa lelaki yang kini menahan bahunya masih mengingat wajahnya? Sungguh, ini yang pertama, mantra hipnotis yang dia pelajari selama puluhan tahun gagal setelah sebelumnya selalu berhasil. "Bayu?" panggil Risa tak percaya. Perempuan itu tersenyum lebar, lalu berdiri di depan Danu setelah Bayu menyingkirkan tangannya. Meninggalkan rasa curiga terhadap Danu, lelaki itu mengalihkan perhatiannya kepada Risa, membalas senyum lebar miliknya dengan sapaan hangat, "aku nggak percaya bisa ketemu kamu di sini. Gimana kabarmu?" Risa mengangguk. "Kau sendiri, baik-baik aja, 'kan?" perempuan itu balik bertanya. "Iya, 'kan? Semacam takdir saja," katanya. "Nggak nyangka banget. Udah setahunan kita nggak ketemu, tiba-tiba ketemu gini aja." Mereka duduk di dekat penjual es buah dan memesan dua gelas ukuran jumbo, sementara Danu menunggu di mobil setelah membeli sebotol air dingin. Pasti akan lama, batinnya. Sepanjang mengobrol dengan Risa, pikirannya tak bisa lepas dari pria yang memilih menunggu di mobil, bukannya ikut bergabung dan berkenalan, atau menjelaskan situasi yang mencurigakan lebih baik. "Orang itu majikanku," kata Risa yang sontak membuat Bayu membelalakkan mata. "Kamu ... nggak bohong, Ris?" Sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya kian membesar, prasangka buruk tentang pria itu semakin kuat, jika dia mempunyai maksud lain bahkan harus mengintai Risa selama ini. Bayu mencondongkan tubuh, menyangga kepala menggunakan punggung tangannya. "Kamu ... menurutmu ada yang aneh nggak?" "Banyak—" tiba-tiba pesanan mereka datang, Risa menghentikan ucapannya. "..., kamu pasti nggak percaya, selama satu tahun ini aku nggak pernah bertemu langsung dengan orang itu." "Rasanya mustahil kalau selama satu tahun kalian berada di bawah atap yang sama, tapi nggak pernah bertemu satu sama lain." Risa menjentikkan jarinya seraya mengangguk. "Makanya. Aku aja heran. Kok bisa? Tapi emang begitu adanya. Kayaknya memang dia minder sama kecacatan pada tubuhnya." "Cacat?" Bayu bertanya-tanya. Menggunakan tangan kiri, Risa menepuk lengan kanannya sehingga Bayu beralih menatap. "Dia nggak punya tangan kanan." Sudah lebih dari setengah jam Risa belum juga kembali. Danu semakin gelisah, membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi dan menciptakan sebuah bumerang di masa depan. "Bagaimana jika dia mengatakan sesuatu?" Danu menjadi waspada sendiri, membayangkan Risa yang tiba-tiba datang meminta penjelasan mengapa dirinya menjadi pelayan dari seseorang yang pernah menyelamatkannya? Apakah itu sesuatu yang harus dia bayar atau ... ada niat tersembunyi di baliknya? "Aku harus menjemputnya." Danu kemudian membuka pintu, tetapi ketika dia baru saja menginjakkan kaki kiri di lantai parkir, Risa muncul diantar Bayu. "Maaf, saya membuat anda menunggu," kata Risa dengan suara rendah, menunjukkan rasa menyesal yang tak seberapa. Dilihat dari reaksi dan ekspresi wajah perempuan itu, Danu bisa pastikan tidak ada yang terjadi. Lelaki di belakang Risa rupanya tidak menyinggung apapun yang menurutnya mencurigakan. "Tidak masalah," balasnya. Risa berbalik, menghadap Bayu untuk berpamitan, "Bay, aku pulang, ya. Salam buat Monica dan yang lain." Lalu berjalan menuju mobil. Atensi Bayu beralih, membalas tatapan pria di depannya yang bertanya-tanya. Tanpa berbicara sepatah kata, Bayu menundukkan kepalanya sebentar, sekadar memberi salam atau meminta Danu lekas masuk. ••• Melihat Risa tampak sehat dan baik-baik membuat Bayu merasa lega. Setidaknya, gadis itu makan dengan baik tanpa merasa terguncang. Mendengar pengakuan Risa yang telah merelakan pekerjaannya pun adalah sesuatu yang patut diacungi jempol. Satu yang membuat Bayu termenung di depan komputernya adalah sosok majikan Risa yang masih terlalu mencurigakan meski gadis itu bilang mereka tidak saling kenal sebelum wasiat datang. Memang banyak sekali pria yang memanjangkan rambut, tetapi warna rambut pria itu sedikit lebih unik, coklat kehitaman. Apalagi warna mata yang bukan pada umumnya. Bayu yakin dia tidak salah orang meski majikan Risa tidak mempunyai tangan kanan. "Aku yakin mereka orang yang sama." ••• Orang-orang mungkin mengira jika seseorang yang hidup ratusan tahun pasti memiliki kekuatan super yang tidak masuk akal seperti teleportasi, atau menghentikan waktu dan mengubah cuaca semaunya. Namun, Danu bukan manusia super seperti itu. Dia hanyalah manusia yang dihukum seribu tahun tanpa bekal kekuatan apapun. Berteleportasi tidak mungkin bisa dia lakukan, sebab dia bukan manusia yang bisa menjelajah ruang dan waktu. Cuaca berubah pun bukan atas kemauannya, tetapi kehendak Tuhan. Danu juga bukan penyihir yang suatu waktu bisa menghilang dari pandangan orang. Kekuatannya hanya satu, dia tidak akan mati sebelum masa hukumannya berakhir. Tertembak pistol? Sudah beberapa kali dia rasakan saat bersembunyi dari prajurit penjajah dulu. Bahkan jika peluru menembus jantungnya, luka itu akan kembali pulih setelah melalui rasa sakit yang tiada tara. Danu lupa kapan tepatnya, tetapi dia ingat saat bertemu sekumpulan pendatang yang akan menyeberangi lautan. Dari merekalah lelaki itu belajar ilmu hipnotis yang ternyata memakan banyak waktu. Ada dua ilmu hipnotis yang dia pelajari, yang pertama adalah jangka waktu sementara, dan yang kedua adalah hipnotis yang berlangsung selamanya. Sudah ribuan kali dia memakai ilmu tersebut, membuat orang-orang lupa dengan wajahnya. Ketika anak-anak menjadi orang dewasa dan mereka semua menua, tentu saja dengan rasa tidak percaya mereka mulai menandai Danu dengan sebutan si manusia yang awet muda. Namun, ketika mereka mati dan cucu-cucu nya beranjak dewasa, orang-orang itu mulai takut dan menyebarkan berita mengerikan. Saat itulah Danu mulai menggunakan ilmu hipnotis secara langsung. ••• Setibanya di rumah, Danu lantas pergi ke mata air, berendam di dalamnya sembari mencari pemicu yang membuat sihirnya tidak mempan kepada Bayu. Apakah dia salah mengucapkan mantra, atau dia lupa seperti apa tepatnya yang harus dia katakan ketika rasa panik menyelimutinya? "Kenapa dia ingat padaku?" Dia bertanya-tanya di dalam air, menahan napas dengan mata tertutup. Sedetik kemudian kepalanya menyembul dari dalam air, mulutnya terbuka lebar menghirup udara, lalu mengusap wajahnya sebelum mengelus rambut mengunakan kedua tangan dan mengurangi volume air yang masih berada di sela-selanya. Kedua tangannya. Rahasia yang hanya Danu dan satu orang lain ketahui. Ketika Danu menginginkan tangan kanannya, orang lain itu harus menghilang sementara waktu, tergantung berapa lama Danu membutuhkannya. Bagaimana bisa Danu menumbuhkan tangannya kapanpun dia mau, sementara dirinya tidak punya kekuatan magis? Kembali ke empat abad yang lalu, ketika Danu menjadi satu-satunya manusia yang melihat perang pecah dan menyebabkan berbagai macam kelahiran serta kematian, dia duduk di antara orang-orang miskin yang terkena dampak. Kekeringan memperkeruh keadaan, mayat-mayat tergeletak di banyak tempat, sementara mereka harus memerangi hidup mereka sendiri. Ada seorang nenek renta di sebelah kanan Danu. Wajahnya keriput, matanya seperti dilapisi kaca berembun. Dia buta. "Wangimu sudah tidak lagi muda, tetapi aura yang saya lihat ... masih begitu membara. Kau dikutuk?" Perkataan nenek tersebut membuat Danu terkesiap. Nenek berusia lebih dari seratus tahun itu tertawa kecil hingga terbatuk-batuk karena penyakitnya. "Saya sudah melihat berbagai macam kutukan, tetapi baru kali ini melihat seseorang dengan kutukan semacam ini ...." Wanita itu mengambil napas, lalu melanjutkan, "..., kutukan paling sengsara di dunia ini." Napasnya lambat, seakan-akan tinggal menunggu giliran menghadap Sang Kuasa. Suaranya bergetar naik turun, seimbang dengan napas yang dia miliki. "Berapa lama lagi sisa waktumu?" Danu termenung, mengingat-ingat sudah berapa lama dia hidup sendirian tanpa orang lain. "Saya tidak ingat. Mungkin ... masih sangat lama." "Apa kau pernah dengar sesuatu tentang Pinjaman Sang Dewa?" tanya nenek itu. Danu diam, sebab dia tidak tahu soal itu. "Itu adalah sesuatu yang bisa didapatkan oleh manusia-manusia terkutuk seperti dirimu ... dengan menggunakan salah satu dari bagian tubuhmu sebagai jaminan, kau bisa mendapatkan apa yang kau mau, kecuali yang berhubungan dengan hukumanmu." Nenek tua itu bersandar, tak bisa menahan sakit di punggungnya yang kian hari semakin parah, bagai digerogoti ribuan rayap yang suatu waktu membuatnya hancur. "Bulan Penyucian Dewa ... lima malam ...." Nenek itu menghembuskan napas terakhir dalam keadaan perut kosong, kehausan dan kelaparan. Apa yang dikatakan nenek tua itu memang benar adanya. Saat bulan Penyucian Dewa datang, selama lima malam berturut-turut Danu melakukan sembahyang, meminta jawaban atas keinginannya memiliki seseorang untuk menemaninya hidup sampai waktu tak terbatas. Dengan mengorbankan tangan kanannya, Danu mendapat apa yang dia inginkan. Pria itu membuka mata, mengangkat tangan kanannya persis di depan wajah. Perlahan-lahan, tangannya terbagi menjadi bentuk pecahan kecil seperti debu, berwarna ungu keabu-abuan. Merembet naik hingga batas bahu. Tangan kanan Danu hilang, dijadikan jaminan atas permohonannya. Butiran-butiran yang berasal dari tangan Danu terpencar sebelum kembali bersatu dan bergerak seperti pusaran angin, membentuk suatu permohonan menjadi sosok laki-laki yang akan menemani Danu kedepannya. "Kau butuh aku cuma buat keramasan, kan?" cibir lelaki itu agak kesal lantaran dirinya tiba-tiba menghilang saat sedang memanen cabai rawit di kebun samping rumah.. Dan sekarang, tubuhnya muncul di dekat Danu yang sedang berendam di mata air. "Padahal di rumah ada shower. Satu tangan saja bisa beres. Cabe rawit yang sedang kupanen pasti berantakan gara-gara ulahmu!" Sia-sia saja bicara dengan orang ini. Lelaki itu, Rendi mendengkus, menggertakan gigi seraya melotot kepada Danu. "Kau pasti sedang mencemooh padaku, 'kan?" tebakan Danu benar. Buktinya, Rendi kini melangkah dengan cara kasar, tangannya mengayun geram sambil mengepal kuat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN