Monica merenung di atas ranjang, bersender pada dinding lapuk bercat putih pudar yang sudah ditinggalinya selama ini. Dagunya menempel pada lengan yang menekuk di atas lutut, sementara kedua matanya menutup dalam kesadaran penuh. Perempuan itu memikirkan kejadian siang tadi, ketika dirinya berusaha menyadarkan Bayu dari hipnotis. Jika semuanya sama seperti apa yang dikatakan Mbah Wakijan beberapa waktu yang lalu, seharusnya dia tidak akan gagal dan semuanya tidak menjadi sia-sia. Namun, apa yang terjadi? Monica kemudian menenggelamkan wajahnya dengan deru napas normal meskipun debaran di dadanya terasa begitu menyesakkan. Lampu ruangan padam, sengaja tidak dinyalakan. Kertas mantra pemberian Mbah Wakijan tergeletak di atas meja, bersebelahan dengan gelang kayu yang tampak usang dan kehi

