"Mari lupakan taruhan itu, anggap saja semua itu tidak pernah ada. Kau benar, karena aku mulai mencintai Sandra," ucap Leon penuh keyakinan. Bara meneliti keseriusan Leon. Dari ekspresi dan sorot mata sahabatnya itu, sama sekali tak ada keraguan yang terselip. Kemudian Bara tersenyum kecil, ia hanya perlu memastikan sekali lagi. Benarkah Leon bersungguh-sungguh mencintai Sandra? "Lalu bagaimana dengan hadiahku? Kau menjanjikan aku sebuah butik milik ibumu kalau kau ingat. Haruskah aku melepaskannya begitu saja?" Bara menaikkan sebelah alisnya, melipat tangan di d**a. Leon mendengkus kesal. "Apa kau benar-benar menginginkan butik itu?" Bara menggeleng. "Nggak juga si, aku nggak begitu butuh. Tapi lumayan 'kan bisa buat investasi. Apalagi di saat perusahaan agensiku terancam ditutup."