Jangan Marah

2148 Kata

Setelah kebut-kebutan di jalanan, Nathan akhirnya sampai di tempat tujuan. Bergegas keluar dari mobil, matanya mengedar mencari sosok yang dicarinya sejak tadi. Hingga siluet seorang wanita yang berdiri di atas papan kayu tepian danau menarik perhatiannya. "Bianca." Tak ingin melewatkan kesempatan, Nathan tanpa pikir panjang berlari menghampiri sosok itu. Ia begitu yakin kalau siluet wanita yang memakai dress selutut dengan rambut tergerai yang dimainkan oleh angin itu adalah Bianca. Pagi ini langit lumayan mendung, matahari tak bersinar seperti biasa—tertutup oleh awan pekat yang mengelabui. Udara dingin pun begitu terasa menusuk kulit, angin berembus cukup kencang seakan sebentar lagi akan turun hujan di tempat ini. "Bianca," panggil Nathan ketika kakinya mulai menapaki papan kay

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN