41

1512 Kata

Hanya kupandangi saja pesan WA yang baru dikirim oleh Mas Rasya. Tak ada sedikitpun berniat untuk membalas. Selesai. Tak ada lagi yang perlu dibicarakan. Menghela napas panjang, akhirnya kublokir nomer Mas Rasya. Dadaku terasa sakit saat kata cerai menyeruak ke dalam benak. Aku menggigit bibir kuat, merasakan mata yang menghangat ingin menangis. Jangan sedih lagi, Puspita. Meski kenyataannya, aku sangat sedih. Siapa yang akan menyangka Mas Dewa bakal berbuat jahat padaku? Aku terisak lirih, lagi-lagi merasa begitu tak berarti dan sangat menyesal. Andai bisa diulang, pasti waktu itu aku tak akan mau diajak Mas Dewa. Tidak akan menerima minumannya. Kuhela napas lalu menggigit bibir kuat. Sudahlah. Lupakan, Puspita. Mengingat-ingat kejadian itu, hanya akan membuatku terus berkubang dalam

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN