“Mi …” Cita berhenti di samping Sandra, yang tengah memasukkan apel merah ke dalam kantung plastik satu per satu. Selesai terapi, Sandra mengajak Cita mampir ke sebuah supermarket untuk membeli beberapa buah-buahan yang stoknya sudah menipis. Namun, entah mengapa perasaan Cita tidak pernah merasa tenang setelah mereka memasuki supermarket tersebut. “Aku jadi parno sendiri. Perasaanku nggak enak.” “Ada Mami di sini,” ujar Sandra tersenyum sejenak saat melihat Cita. Jangankan Cita, Sandra sendiri saja semakin tidak tenang saat mendengar penuturan Arya tadi pagi. Akan tetapi, ia tidak boleh menunjukkan rasa cemasnya tersebut di depan Cita. Di samping itu, sebenarnya Sandra ingin mereka menjalani hidup dengan normal seperti dahulu kala. Bisa pergi ke mana saja, tanpa harus mengkhawatirkan se

