Dua bulan kemudian. “Serius ngga apa-apa, Mas?” tanya Mita. “Ya ngga apa-apa. Emang kenapa? Weekend juga kan,” jawab Saga, lalu menyesap kopinya. “Soalnya kalau Sabtu Minggu, susternya libur. Tapi kalau kita butuh banget, bisa kok ditelpon, dia standby, jarang ke mana-mana orangnya.” “Aman inshaaAllah. Don’t worry.” "Aunty Rifa dan Om Rasen ada undangan penting hari ini, jadi mereka ngga bisa jaga Farah," timpal gue. “Iya, beneran ngga apa-apa, Dok, Mit.” Terdengar suara bel unit. Mita melangkah menjauh, sementara gue mengganti posisinya yang tadi tengah menyiapkan makanan Farah dalam beberapa food container. Satu kotak untuk sekali makan. “Dok?” tegur Saga. “What?” “Are you ok?” “Yep!” jawab gue. “Kenapa?” “Perasaan gue doang atau memang begitu, lo jadi lebih kalem?” “Mmm ….”