158:SAGA-MEMBUKA DIRI

2062 Kata

“Bapak?” Aku menoleh, tersenyum pada Peony yang mengikis jarak. Senyum manisnya menyapa, menghangatkan hatiku seketika. Tersisa lima belas menit sebelum pukul sembilan malam, seperti yang kujanjiin siang tadi, aku mampir ke rumah Peony untuk memberi sedikit makanan pelipur bad mood. Dan aku tengah duduk berhadapan dengan ayahnya, berbincang santai soal pekerjaan dan hal-hal umum lainnya. “Kirain Bapak ngga jadi ke sini,” lanjutnya seraya duduk di sampingku. “Terus? Dikira ke mana?” balasku. Aku melengkungkan senyum, memerhatikan lekat parasnya. “Masih sibuk di kantor, atau lihat Farah,” jawabnya. “Ngga,” tanggapku. “Kalau weekdays, saya lihat Farah pas jam makan siang. Kalau terlalu malam justru khawatir mengganggu waktu istirahatnya,” jelasku kemudian. “Itu ice cream cake-nya dibawa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN