Auckland, sepuluh hari yang lalu. “Benar kamu ngga mau pulang sama Mama?” “Mama aja ngga mau pulang waktu Saga kemarin sakit kan? Kok lucu sih pertanyaannya?” balasku. “Tapi Mita ngga mau kamu di sini, Ga.” Aku menghela napas. “Ma, ini urusan Mita dan Saga. Bisa ngga sih Mama berhenti ikut campur?” “Saga ….” “Sejak kami menikah, Saga beberapa kali lho minta sama Mama, baik-baik, jangan perlakukan Mita dengan menyebalkan. Dan setiap kali Saga ngomong, Mama malah bikin masalah baru. Mama membuat Mita semakin merasa tertekan. Sekarang, Saga sudah cerai, Ma. Mama masih gatal ingin menghancurkan hubungan Saga dan Mita? Kurang hancur memangnya? Mama masih kurang puas?” “Mama ngga bermaksud begitu, Ga.” “Mama mau membela diri seperti apapun, kenyataannya tetap begitu, Ma.” Mama terdiam.