“Assalammu’alaikum,” sapaku lebih dulu begitu mengangkat sebuah panggilan video dari nomor Mama Aghni. “Wa’alaikum—” Suara Mama terdengar lebih dulu. “Salam,” sambung Farah. “Sayangnya Papa kenapa? Kok sedih?” tanyaku selanjutnya. “Papa puwang.” “Papa pulang?” Farah mengangguk-angguk. “Farah kangen Papa?” Ia kembali mengangguk. “I don’t like my hair.” “Why? Your hair is beautiful.” “No.” “What’s the matter, sweetie?” “I don’t like it!” Dan akhirnya Farah menangis. Mana nangisnya sedih banget pula. Ia merebahkan kepalanya di atas meja kecil di hadapannya. “Ngga ada yang bisa nguncirin kayak yang dibikin Papa dan Bunda. Jadi, tiap keingatan Farah nangis aja. Bad mood.” Mama Aghni yang menjelaskan. “Oalah.” “Padahal kita sudah belajar macam-macam teknik kuncir-menguncir. Tapi te