179:SAGA-KESEMPATAN HIDUP YANG BARU

1893 Kata

Ia duduk di sampingku, menggenggam tanganku, dan jemariku mendapati cincin yang kusiapkan untuk melamarnya sudah terpasang di jari manisnya. “Will you … marry me?” tanyaku, ingin memastikan jawabannya sesuai dengan apa yang kupikirkan. “I will, Bapak,” jawabnya lalu merebahkan keningnya di bahuku. Wangi mawar di surainya mengingatkanku akan suasana di labirin tadi. “I think … those aren’t roses, but … peonies.” “What roses?” “In the maze.” Peony duduk tegak kembali, menatapku lekat. “Bapak mimpi di labirin?” Aku mengangguk lemah. “Labirinnya penuh bunga peoni?” Kepalaku mengangguk lagi. “Mawar … dan peoni … mirip.” “Iya, betul Bapak.” “I … miss you. Very much, Peony.” Beberapa detik berlalu dalam keheningan. Kami hanya saling memandang. Sampai akhirnya tim medis masuk. Pandanga

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN