Labirin ini lagi. Aku sudah lama tak ke sini. Ada dua tempat yang paling aku takuti. Sebuah ruangan gelap di mana aku dan Mita bertengkar, lalu aku memukulnya. Lalu … labirin ini. Aku kerap berlari di sini, terengah-engah, namun tak juga menemukan pintu keluar. Dan aku tau ... dua tempat tersebut hanya ada di mimpiku. Namun kali ini, bias cahaya yang cukup menyilaukan membuatku penasaran. Kulangkahkan kaki, berbelok di salah satu siku, lalu mendapati sebuah layar besar dengan kursi taman di depannya. Tanpa ragu, aku duduk di sana. “Mas cinta aku ngga?” “Cinta. Sangat!” “Bosan ya dengar Mita nanya itu mulu?” “Ngga.” “Tapi kan Mita galak. Suka merepet.” “Ngga apa-apa. Perempuan memang begitu kan?” “Yakin ngga apa-apa?” “Iya.” “Ada tapinya ngga?” “Mmm … boleh deh.” “Apa tapinya