Tiga hari kemudian. Pagi ini, cuaca cerah mengiringi kesibukan di rumah keluarga kami. Mama dan Dad nyuruh gue mengundang Saga dan Peony untuk makan siang sebelum mereka kembali ke Jakarta. Berhubung penerbangan mereka pukul dua siang, ngga mungkin juga kan lunch. Jadilah kita belokin sedikit ke brunch. Bisa banget emang gue! “Di mana lo?” “Baru naik taksi, Dok.” “Langsung ke sini kan?” “Iya.” “Jangan langsung ke bandara.” “Ya Allah. Iya, Dok. Iya. Gue ngga segila itu bikin lo nutup airport kalau gue ngga mau mampir.” “Bagus! Awas aja lo lewatin rumah gue!” Saga terkekeh. “Oke. Gue tutup, Dok. Assalammu’alaikum.” “Wa’alaikumsalam.” Ponsel gue masukin ke saku celana, sambil dilihatin Mita. “Aku punya teman baru,” ledek gue. Gue sudah bicara pada Mita. Dimulai dari apa yang Dad s