Suasana kafe terasa sepi, jauh dari hiruk-pikuk suara orang berlalu-lalang. Di corner table tempat kami duduk, dinding kafe yang hangat melingkupi seolah menciptakan ruang rahasia, terisolasi dari keramaian. Tak ada jendela kaca di sini, seolah tempat ini diciptakan bagi mereka yang ingin menyembunyikan diri sejenak, menghindari tatapan banyak pasang mata. Lampu temaram dari atas memberikan nuansa tenang, sempurna untuk obrolan yang bersifat pribadi, seperti percakapan kami sekarang. Gue menatap Mita lekat, mencoba menyelami kegelisahannya. Perlahan, ia meletakkan sendok mouse cake-nya di samping piring, tangannya terlihat sedikit gemetar. “Iya, aku kesal dia bawa Peony. Mana sekretarisnya kan. Ruwet aja pikiran Mita, Abang. I mean, dia punya pengalaman buruk soal sekretaris cewek, eman