Dua minggu kemudian. “Woy, Ga!” Saga mengalihkan pandangannya dari layar komputer. Tatapan kami bersirobok sebentar, lalu ia menaik-turunkan alisnya. Peony yang berdiri di sampingnya ikut menatapku dengan senyum simpul, tampaknya mereka sedang membahas sesuatu yang cukup penting. “Salah ruangan, Dok?” tanya Peony. “Nggalah,” sanggah gue. “Masuk, Dok,” ujar Saga kemudian. Sembari membuka pintu lebar-lebar, gue mengangkat buah tangan yang gue bawa. Tiga porsi rice bowl beserta beberapa tempura dan salad. Oh, ada es krim juga, cocok buat ngemil pas siang bolong nan panas kayak begini. “Kata Mita, ada oase di rooftop?” tanya gue kemudian. Saga menutup dokumen yang terbuka di mejanya, menyerahkan ke Peony. Sementara sekretaris rasa pacarnya itu mengangkat ibu jari. Kayaknya sudah paham h