Auckland, sekitar tiga tahun yang lalu. “Terus? Lo yakin beneran oke?” tanyaku ke Mita. Kemarin, ipar sekaligus sahabatku itu baru kembali dari Indonesia, habis menghadiri pernikahan mantan suaminya. Dan hari ini, kami – beserta Mama Aghni dan Izma – dapat izin untuk girls’ day out. Mama dan Izma lagi keluar masuk toko, sementara aku dan Mita memilih menunggu di sebuah coffee shop. Time for gossip. “Kok lo kayak yang ngga percaya gitu gue sudah bisa mengusai emosi?” balas Mita. “Percaya sama lo tuh musyrik, bestie!” “Sialan!” umpat Mita. “Tapi emang gue sama sekali ngga kesal gitu, Fi. Sempat ada perasaan ngga enak sih di hati gue, tapi gue ngga jealous juga lihat Mas Saga sama Peony.” “Terus? Kalau bukan jealous, kalau bukan lo ngga rela, perasaan ngga enak apaan dong?” “Takut terl

