“Sebentar, Ma.” Aku melangkah ke foyer, membukakan pintu untuk Mama. “Mandi ternyata,” ujar beliau begitu mendapatiku dengan kondisi segar. “Assalammu’alaikum.” “Wa’alaikumsalam,” sahutku seraya membiarkan Mama melangkah masuk. “Farah lagi di sini ya?” tanya beliau tanpa menghentikan langkah, langsung menuju dapurku. “Berapa orang sih mata-mata Mama yang ngikutin Saga?” balasku sinis. Mama berdecak. “Peony yang ngasih tau. Curigaan banget!” “Kok bisa Peony ngasih tau?” “Mama kira kamu kemarin lembur. Pas Mama sampai kantor bawain cake, Peony mau pulang, dia bilang kamu jemput Farah ke airport. Salah emangnya kalau Mama tau?” “Semua tentang Mama ya salah. Pake nanya,” sahutku. Bukannya kesal atau sewot, beliau malah tertawa. “Mau sarapan apa, Ga? Mumpung Mama di sini nih.” “Apa