198:MITA-MAINAN BUTUT

1891 Kata

“Mau ke rumah sakit aja?” tanya Tristan. Handuk di keningku ia ganti lagi dengan yang hangat. Aku menutup netra, karena saat terbuka, air mataku meluruh begitu saja. Demam. 39,1-derajat Celcius. Aku juga lagi haid, jadi ngga mungkin karena hamil. “Ngga.” “Ayo, minum lagi dulu tehnya, baby. Biar ngga dehidrasi.” Ujung sedotan ia lekatkan ke bibirku, menunggu aku menyesap beberapa kali. Padahal, sejak kami tiba Indonesia, aku sehat-sehat saja. Sampai tadi di acara akad dan makan malam Saga-Peony pun aku baik-baik saja. Kami bahkan sempat berdansa. Aku tertawa, aku bicara ke banyak orang dengan sikap ramah, pun bermain dengan putri kami. Saat ingin memandikan Farah, di situlah aku mengeluhkan nyeri di seluruh tubuh ini. Dan demam ini benar-benar seperti sihir yang tiba-tiba datang.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN