Aku dan Tristan melambaikan tangan kala mendapati Farah melakukan hal yang sama. Kami tiba di rumah sakit sekitar lima belas menit yang lalu. Di ruang pemeriksaan, Farah tampak kooperatif, sesekali tersenyum kecil, duduk tenang di pangkuan Saga. Ia dengan sabar menemaninya selama proses pemeriksaan berlangsung. Aku dan Tristan memerhatikan dari balik jendela kaca. Alasannya sederhana, agar Farah tak panik meski sepertinya pemikiranku salah. Jelas terlihat jika putri kami merasa nyaman bersama ayah kandungnya. Saat perawat atau Kak Isla mencandainya, tawa renyahnya terdengar samar di telinga kami, mendatangkan kehangatan yang menjalar dari hati. Di saat-saat seperti ini, aku tak bisa mengabaikan peran Saga dalam hidup Farah. Tristan, tanpa bicara, meraih tanganku. Genggamannya lembut d