“Aku tidak melihatmu begitu keluar dari ICU tadi.” Deni memulai sesi ramah tamahnya dengan Dariusz. “Aku pergi membasuh wajahku.” Deni memerhatikan bawaan Dariusz. Sebuah koper kabin juga ransel yang Deni duga berisi kamera dan perlengkapannya. “Aku langsung dari bandara,” ujar Dariusz lagi. “Agatha juga?” “Tidak. Ibuku tiba lebih dulu tapi meletakkan kopernya di hotel sebelum ke sini.” “Begitu.” “Tata tau Mama akan datang. Mama mengkhawatirkannya,” jelas Dariusz kemudian. “Sepertinya kau dekat dengannya,” ujar Deni. Lebih terdengar seperti keluhan. Bahkan Dariusz bisa menerka jika mood Deni sedang sangat buruk. “Pardon?” “Tata? Bukannya itu panggilan untuk ayah jika kau akrab dengannya,” tanya Deni lagi seraya melirik sinis. Dariusz tersenyum hangat. Entah mengapa ia menyukai b