Pagi itu sama seperti biasanya. Deni dan Lia menghabiskan waktu selepas subuh di lantai dua rumah mereka. Deni fokus dengan yoganya, sementara Lia tetap menari sambil berdendang, dan tentu saja sesekali mengganggu konsentrasi Deni yang menyebabkan suaminya itu menahan kekehan seraya mengatur napas. “Lia ….” Lia gegas beringsut, seenaknya duduk bersandar ke tubuh Deni, padahal Deni dalam kondisi kuyup. Ia menarik lengan sang suami, melingkarkan di pinggangnya, sementara bibirnya masih terus saja berdendang. Deni memilih diam, menikmati alunan nada dari suara malaikatnya, hingga selesai. “Aku basah banget ini,” ujar Deni. “Masa? Bukan harusnya Lia yang basah ya?” Deni tergelak lalu mencubit gemas puncak cuping hidung sang istri. “Canda, Kak.” “Mandi yuk?” “Mandi bareng?” “Boleh. Tap