Jakarta 2010 “Putri Ayah lagi sibuk?” Lia menoleh, menatap Fazwan yang melongok di antara daun pintu dan bingkainya. “Ayah pasti bawain Lia camilan?” Fazwan terkekeh, lalu mengangguk. “Masuk, Ayah,” ujar Lia kemudian. Mempersilahkan sang ayah menjejakkan kaki di kamarnya. “Sudah jam delapan lewat, kok masih belajar?” Belum sempat Lia menjawab, kedua netra Fazwan yang mendelik ke atas meja belajar sang putri membuatnya tersenyum. “Lagi gambar ternyata.” “Lia udah belajar kok Ayah.” Fazwan meletakkan kantong plastik berisi beberapa bungkus camilan kriuk favorit Lia, lalu menarik sebuah kursi kayu lainnya, duduk di samping Lia. “Ayah juga makan dong?” ujar kemudian setelah menelan kunyahannya. Fazwan mengangguk seraya tersenyum. “Enak?” “Enak, Yah.” “Jangan banyak-banyak. Nanti te