“Kenapa?” tanya Dzaki setelah mengusaikan komunikasi di gawainya. “Papa kenal sama Burhan?” “Ngga.” “Terus ngapain Papa ke dalam?” Dzaki kembali mengeluarkan map yang tadi ia simpan di dalam tasnya, menunjukkan pada Deni. “Kok surat ini ada di Papa?” Dzaki tak menjawab dengan lisannya, hanya menaikturunkan bahu. “Jangan bilang ….” “Bilang apa?” “Papa sebagai apa di perusahaan ini?” Dzaki mengambil map itu kembali, tak lagi ia simpan sendiri melainkan ia serahkan pada tangan kanannya. “Nanti malam, jam delapan, bisa tidak? Ini sudah sore. Agatha harus mengkonfirmasi ulang jika tidak jadi.” “Kata Papa belum booking tempat di resto?” “Belum fixed. Makanya harus konfirmasi ulang.” “Besok malam aja, Pa. Terlalu mepet, belum tentu kekejar juga.” “Ya sudah. Oke.” “Papa belum jawab