74: A SECRET CHAMBER

1216 Kata

“Haya?” tegur Wisnu lagi. Ia pun akhirnya khawatir karena tamunya tiba-tiba membeku seperti itu. “Oh … i-ya, Pak. Ma-af,” ujar Haya, tergagap. Ia melanjutkan langkah, sedikit memberi jarak dari Wisnu yang justru membuat Wisnu bertanya-tanya apakah ia melakukan kesalahan? Mengenai panggilan, Haya yang meminta Wisnu tak memanggilnya dengan sebutan Ibu. Ia agak sungkan karena pria itu berbeda sekitar sebelas tahun dengannya. Sementara Haya, masih terbawa hawa senioritas, ia terus saja menyapa Wisnu dengan embel-embel; Pak. Begitu memasuki pekarangan rumah itu, permadani hijau yang membentang sungguh menyejukkan mata. Baik itu Haya, Lia ataupun Deni spontan menyapukan pandangan. Memerhatikan keindahan tempat tersebut. Fasad rumah itu bergaya altdeutsch (Jerman kuno), dengan balok kayu terb

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN