Eps. 22 Tersandung

1182 Kata
Beberapa hari berlalu. Semenjak hari itu, rutin Giselle pergi ke cafe sekedar untuk duduk sebentar atau hanya memesan makanan maupun minuman ringan saja. Bahkan pemilik cafe juga beberapa pengunjung setia menjadi hafal dengan sosok Giselle. “Rosie kau bisa pergi dan tinggalkan aku disini untuk bekerja. Biar nanti petugas security yang akan mengantarku pulang." ucap Giselle setelah duduk di salah satu kursi. Gadis itu bahkan selalu memilih tempat duduk yang sama, tempat duduk di dekat pintu masuk. Entah apa alasannya, sampai Giselle berpesan pada Rosie dan menyampaikan pada pemilik cafe untuk memberikan tempat duduk di sana hanya pada dirinya. "Apa nona yakin ?" tanya Rosie menegaskan kembali. "Ya, sudah berapa kali aku kemari dan berapa kali aku pulang dengan selamat." "Baik, nona aku akan kembali ke rumah. Maaf aku tidak bisa menemanimu." ucap Rosie merasa bersalah. "Ya, tak apa pergilah." Giselle sendiri sebenarnya merasa lebih nyaman sendiri di sana daripada ditemani oleh Rosie. Rasanya ia seperti punya privasi sendiri. "Permisi, nona." Rosie kemudian pergi dari sana dan seperti biasa dia berhenti sebentar di pos security untuk memberinya sedikit tips serta menitipkan nona mudanya pada mereka. Satu jam sudah Giselle duduk di sana sembari memakan makanan ringan yang dipesankan oleh Rosie tadi. Ia menikmati waktu saat itu dengan menghentakkan sedikit kakinya mendengar alunan musik yang diputar. "Sepertinya dia tidak kemari, si Colton itu." Giselle selama duduk di sana memperhatikan dan memasang telinganya baik-baik saat setiap ada pengunjung yang masuk ke cafe. Di lain tempat terlihat Keenan sedang berada di sebuah kamar hotel bersama seorang gadis. "Astaga jam berapa ini ?" pekiknya terkejut begitu membuka mata dan melihat jam yang tergantung di dinding menunjukkan sudah pukul 09.00 pagi. "haah. Aku terlambat lagi." desaunya membuang nafas berat. Keenan segera melompat turun dari tempat tidur. Ia menatap sebentar gadis yang masih tergolek di kamar dan masih tertidur lelap. "Aku harus kembali sekarang." Keenan memakai bajunya yang ia ambil dari lantai dan berserakan di sana. Ia juga mengambil kunci mobilnya lalu bergegas keluar dari kamar hotel. Broom Keenan memacu mobilnya dan tak sampai 10 menit dia tiba di rumah. Karena jaraknya dengan hotel memang cukup dekat. "Aman." gumam pria itu ketika turun dari mobil dan menatap garasi rumah. Tak ada mobil ibunya di sana. Jika saja ibunya ada di rumah, habislah dia. Sudah pasti ibunya itu akan melomba panjang lebar dan itu tak cukup satu jam yang tentu saja akan membuatnya semakin lebih terlambat lagi. Keenan pun membersihkan dirinya dengan cepat. Ia juga memakai baju dengan cepat. Lalu segera masuk ke mobil kembali. "Haah." akhirnya selesai juga. Keenan memakai jurus ampuhnya hanya 10 menit saja dia sudah selesai bersiap dan rapi. Ia lalu memutar setir mobil keluar dari rumah menuju ke kantor. Jalanan yang dia lalui tentu saja melewati cafe tempat Giselle nongkrong. "Aku sudah dua jam berada di sini dan saatnya bagiku untuk pulang." gumam Giselle kemudian berdiri sembari berjalan keluar cafe. Petugas security yang ada di sana segera tanggap begitu melihat gadis itu keluar dari cafe. "Tuan, terima kasih atas bantuannya tapi sungguh kali ini aku ingin mencoba mengulang sendiri. Aku bisa dan tahu jalan rumah jadi tuan tak perlu khawatir pada ku." kilahnya saat satu petugas security di sana akan mengantarnya pulang ke rumah nenek Nancy. "Tapi nona, pelayan sudah memberiku tips untuk mengantar mu." desak tugas security merasa tak enak hati. Giselle tersenyum kecil kemudian meraba tas yang dipegangnya. Lalu ia mengeluarkan sesuatu dari sana. "Terimalah ini, tuan. Terima kasih atas kebaikan anda selama ini." ia malah memberikan uang pada petugas security tadi. Tentu saja petugas security itu langsung menyambar nya juga tersenyum lebar mendapatkan tips double dan bebas tugas. "Keuarga Hose memang kaya. Uang segini tak ada artinya bagi mereka. Dan aku bisa mendapatkan tambahan hanya dengan mengantarkan nona buta ini." batin petugas security melihat uang yang diterimanya tanpa perlu rasa malu karena yang memberinya tak bisa melihatnya. "Permisi." Giselle berpamitan dan segera melangkahkan kakinya keluar. Meskipun petugas security tak mengantarnya pulang namun tetap saja dia mengawasi Giselle. Di saat bersamaan mobil Keenan melintasi Cafe. Refleks pria itu menoleh ke arah cafe saat melintasinya. "Sepertinya dia tak datang kesana." celetuknya tak menemukan Giselle di tempat duduk yang biasa diduduki oleh gadis itu. Keenan kembali menatap ke depan. Manik matanya tiba-tiba terpaku pada sebuah sosok wanita yang berjalan 3 meter di depannya. Ia diam saja dan terus melajukan mobilnya saat melintasi gadis itu. "Argh." suara Giselle merintih. Gadis itu jatuh setelah tersandung batu dan segera berdiri setelahnya. "Sepertinya lututku berdarah." Ia merasa lututnya itu perih setelah tubuhnya jatuh menimpa aspal yang sebagian rusak dan belum diperbaiki itu. Ada banyak numpang di sana-sini yang menganga lebar. "Astaga. Kenapa dia ?" pekik Keenan yang sudah berada 5 meter di depan Giselle dan menatapnya dari spion. "Sepertinya dia jatuh." Keenan yang merasa iba melihat Giselle misal itu berjalan tertatih memundurkan mobilnya kembali sampai ke tempat gadis itu berdiri. Klak Keenan turun dari mobil lalu menghampiri Giselle. "Nona, apa kau tak apa ?" "Aku baik-baik saja sepertinya hanya lecet saja kakiku." ucap Giselle tersenyum dan familiar dengan suara itu. "Apakah kau tuan Colton ?" “Ya, nona Giselle. Kau tahu ini aku." Keenan melihat lutut Giselle yang berdarah. "Nona, masuklah ke mobil. Aku akan bersihkan lukamu di sana dan mengantarmu pulang." "Tak perlu tuan Colton. Kurasa kau sedang buru-buru saat ini jadi abaikan saja aku." tolaknya. "Tidak masalah. Hanya perlu waktu sebentar saja untuk membersihkan luka itu. Selain itu aku melewati rumah mu untuk berangkat ke kantor." Karena Keenan terus mendesak maka ia pun menyetujuinya. Keenan menuntun Giselle masuk ke mobil. "Tunggu sebentar." Setelah Giselle duduk, ia mengeluarkan kapas dan peralatan lainnya untuk merawat luka. "Tahan sebentar. Ini sedikit perih." Keenan menuangkan alkohol untuk membersihkan luka Giselle yang agak lebar, lima sentian. Giselle tidak merintih sedikitpun namun ia menahan rasa sakit itu dengan memegang erat tangan Keenan. "Sudah selesai nona." Keenan selesai memplester luka di lutut Giselle dan mengembalikan peralatan ke tempatnya semula. Dia pun bergegas naik ke tempat duduknya kemudian melanjukan mobilnya. "Nona !" teriak petugas security yang terlambat menolong Giselle dan hanya bisa melihat mobil itu sudah berjalan kembali membawa Giselle. "Lain kali hati-hati saat berjalan, nona. Kenapa kau tak minta pelayanmu saja yang menemani ?" tanya Keenan. "Tidak, memang aku yang memaksanya untuk pulang." Tak lama kemudian mobil berhenti di depan rumah nenek Nancy. "Kita sudah sampai nona." Keenan lalu turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Giselle. Ia bahkan membantu gadis itu turun dan menuntunnya sampai ke teras rumah. "Terimakasih tuan Colton." ucap Giselle melempar senyum lebar pada pria tersebut. "Ya, nona. Sampai jumpa lagi." Keenan kembali masuk ke mobilnya Halo mengendarai kembali mobilnya dengan cepat karena sudah semakin terlambat. Rosie keluar rumah mendengar suara seseorang yang melangkah. "Nona, anda sudah pulang ? Oh astaga, kaki nona terluka !" pekik pelayan itu melihat luka namun sudah diobati. "Tenang Rosie, ada seseorang yang baik hati yang merawat lukaku dan mengantarku kemari." jawab Giselle kemudian berlalu masuk ke rumah. "Siapa yang mengantar nona ?" gumam Rosie. Karena penasaran Ia pun melihat ke depan rumah. Tak ada siapapun di sana. "Mungkin petugas security tadi sudah balik ke cafe." pikirnya lalu dia pun kembali masuk ke rumah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN