Eps. 21 Suara Klakson

1078 Kata
Rosie kembali masuk ke rumah dan berpapasan dengan Giselle yang akan kembali keluar untuk menemui tuan Colton. “Rosie, apa itu kau ?"tanya Giselle kemudian berhenti. "Ya, nona. Aku sudah membawakan minuman untuk seseorang yang mengantar anda di luar tapi di luar tak ada siapa-siapa." Rosie menjelaskan sebelum gadis itu bertanya padanya. "Tidak, ada ? Dia bilang tadi mau menunggu sebentar. Biar aku periksa sendiri." timpal Giselle tak percaya. Ia pun segera berjalan keluar teras. "Nona, tak ada siapapun di luar sana, percayalah."tambah Rosie. Giselle hanya berbalik dan mendengarkan saja perkataan pelayan itu, tak menggubrisnya sama sekali dan tetap berjalan keluar rumah. "Tuan Colton. Tuan, kau ada dimana ?" panggilnya setibanya ia di teras. Hening. Giselle pun sampai turun dari teras dan berada di jalanan. "Tuan Colton !" kali ini gadis itu sampai berteriak memanggilnya. Namun tetap saja tak ada yang menyahut panggilannya. "Sepertinya dia memang sudah pergi. Kenapa dia tak mau menunggu ?" batin Giselle berbalik. Ia lalu kembali masuk ke rumah setelah kembali memanggil nama pria itu beberapa kali dan tak ada jawaban. "Oh, aku membuang waktu ku." gumam Keenan sembari melirik jam yang melingkar di tangannya. Jam menunjukkan pukul 11.00. Pria itu niatnya ingin jogging selama satu atau dua jam saja, nyatanya dia menghabiskan waktunya lebih dari itu. "Mungkin aku akan tiba di kantor saat jam istirahat." gumamnya setelah tiba di rumah. "Ke kantor apa tidak hari ini ?" Sebenarnya Keenan tak perlu ke kantor setiap hari dan cukup beberapa jam saja berada di sana karena semuanya sudah ada yang mengurusi jadi tidak memeriksanya saja. Tapi bukan Keenan namanya jika tak pergi ke kantor. Baginya kantor lebih seperti istrinya jika diumpamakan. Jika tak menghabiskan waktunya dengan wanita maka mudah saja mencari pria itu. Dia akan ada di kantor. Meskipun kadang menemukan pria itu tidur di sofa di ruangan kerjanya masih mengenakan pakaian kerjanya. "Aku Ke kantor saja daripada di rumah tak ada yang bisa kulakukan." putus pria itu pada akhirnya. Ia pun segera masuk ke kamar mandi setelah minum segelas besar air mineral. Tak lama sebenarnya pria itu segera mengendarai mobil mewahnya menuju ke kantor. "Jadi gadis minta itu namanya Giselle. Dan dia keturunan dari keluarga Hose. Tapi kenapa dia memilih liburan di rumah neneknya ? Bukankah fasilitas di rumahnya lebih nyaman ?" gumam Keenan tiba-tiba teringat pada gadis itu. ** Keesokan harinya Giselle yang sudah pernah ke Cafe Fantastic ingin ke sana lagi saat berjalan-jalan di pagi hari bersama Rosie. "Rosie apakah kita melewati Cafe Fantastic ?" tanya Giselle berhenti di tengah jalan tepat di langkah ke 170, menurut hitungan gadis itu sendiri. "Ya, nona ?" bahkan sampai Rosie pun takjub pada nona mudanya itu yang bisa mengetahui tempat itu dengan tepat tanpa ia memberitahunya. "Rosie, tolong antar aku ke sana, aku ingin duduk sebentar. Kau bisa pulang setelah mengantarku." pintanya. "Tapi nona, bagaimana jika nyonya marah nanti ?" Rosie benar-benar takut jika sampai Nyonya besar marah padanya. Mungkin saja ia akan kehilangan pekerjaannya kali ini. "Tidak, nenek tak akan marah padamu. Aku akan bilang padanya nanti aku yang memaksamu untuk mengantarku kemari." desak Giselle memaksa. Rosie pun akhirnya mengantar nonanya itu masuk ke cafe. Dan ia pulang setelah memesankan makanan dan minuman ringan. "Tuan Rudolf, ini untuk anda. Tolong antar nona ku. Nona yang duduk di sana pulang ke rumah nyonya Nancy apabila dia sudah ingin pulang." ucap Rosie pada petugas security yang ada di pos depan cafe sembari memberinya tips kecil. "Tenang saja Nyonya Rosie." Petugas security itu menerima tips dari pelayan itu lalu segera memasukkannya ke saku bajunya. Rosie pun bisa pulang dengan nyaman setelah menitipkan nona mudanya pada petugas security di sana. Satu jam berlalu dan makanan serta minuman yang dipesan oleh Giselle terlihat hampir habis. "Apa dia tak kemari kali ini ?" gumamnya selalu menatap pengunjung yang baru masuk ke cafe. Ia juga mendengarkan ucapan para pengunjung itu, barangkali saja tuan Colton hari ini datang ke sana. "Sepertinya dia tak kemari hari ini." ucap Giselle lagi Setelah menunggu 1 jam lagi dan tak ada tanda-tanda pria itu datang. Giselle berjalan keluar dari Cafe dan langsung saja petugas security tadi menghampirinya. "Nona, aku mendapat pesan dari pelayan untuk mengantarmu pulang jika kau sudah selesai. Aku Rudolf, petugas security di sini." ucapnya menjelaskan panjang lebar agar gadis itu tidak takut padanya. Jika Rosie sudah berkata demikian pada petugas security maka ia pun percaya saja padanya dan mau di antar oleh pria itu. Tepat di saat Giselle berjalan menuju ke rumah nenek Nancy dan sudah jauh dari tempat cafe berada, sebuah mobil mewah berhenti. Klak Seorang pria dengan mobil mewahnya berhenti tepat di depan cafe dan membuka separuh kaca mobil, lalu menatap ke arah cafe. Ya, pria itu tak lain tak bukan adalah Keenan yang melewati cafe saat berangkat kerja. "Sepertinya gadis itu tak ada di sana. Mungkin hanya kebetulan saja dia ke sana kemarin." gumam Keenan tak menemukan sosok yang di carinya. Ia pun kembali menutup kaca mobil dan melajukan kembali mobil mewahnya itu menuju ke kantor. Namun pria itu kemudian memperlambat laju mobilnya saat melintasi rumah nenek Nancy dan melihat sosok Giselle duduk di teras. "Ternyata dia ada di rumah. Ya, apalah yang bisa dilakukan gadis buta. Pasti tak banyak yang bisa dilakukannya." Keenan menutup kembali kaca mobilnya dan mempercepat kembali laju mobilnya setelah puas melihat sosok yang dicarinya. din Keenan tak sadar membunyikan klakson mobilnya. Bukan karena ia bermaksud menyapa Giselle dengan sengaja, tapi karena sudah kebiasaan saja. Jika pria itu bertemu dengan seseorang yang dikenalnya, baik itu baru saja dikenalnya atau sudah lama dikenalnya pasti dia akan menyapanya. "Oh, apa yang barusan kulakukan ?" Keenan baru menyadari apa yang barusan dia lakukan. "Mana mungkin juga dia tahu jika aku menyapanya." gumamnya lagi kemudian segera berlalu dari sana. Sedangkan Giselle sampai berdiri dan berjalan menuju ke tepi teras. "Siapa tadi yang membunyikan klakson di depan rumah ?" gumamnya karena sampai saat ini belum ada yang menyapa dengan membunyikan klakson mobil. Terlebih hanya orang tua seusia neneknya saja yang dia kenal di sana dan itu pun mereka menyapanya secara langsung tidak membunyikan klakson seperti itu yang cenderung seperti gaya anak muda. "Rosie, apa kau melihat seseorang di depan sana yang barusan membunyikan klakson ?” ucapnya saat Rosie keluar untuk mengajaknya masuk karena saatnya sarapan. Rosie kita menjawab dan langsung mengeceknya. "Tak ada siapa-siapa nona di sana. Mungkin itu hanya orang iseng saja yang lewat." tutur lah itu setelah masuk kembali ke teras. Giselle yakin suara itu tadi ditujukan padanya dan dia pun bertanya-tanya siapa sebenarnya yang membunyikan klakson tadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN