Eps. 23 Larangan Nenek

927 Kata
Dalam perjalanan menuju ke kantor, Keenan kembali terpikirkan pada sosok Giselle. "Gadis itu ceroboh sekali. Dua kali sudah aku membantu dirinya." gumamnya berdecak dan merasa iba. Namun meskipun begitu dia salut pada Giselle. "Meskipun buta, dia tapi seorang gadis yang mandiri dan berkemauan keras." tanpa sadar ia pun memujinya. "Dia sebenarnya Buta dari lahir atau baru saja? Keenan jadi penasaran pada Giselle. "Oh, apa yang ku pikirkan ?" pekiknya setelah tersadar sambil mengetuk dahinya dengan ujung jemarinya. Keenan kemudian mengenyahkan bayangan Giselle dari pikirannya. Beberapa kemudian dia tiba di kantor. "Siang tuan Keenan." sapa beberapa staf di sana yang melewatinya. Keenan turun dari mobil dan membalas sapaan mereka. "Siang semuanya." sapanya dengan senyum mereka di bibir yang membuat siapa saja akan takluk dengan senyumannya itu. Keenan berlalu pergi dan masuk ke kantor. Para staf yang tadi menyapanya ternyata masih membahasnya meskipun pria itu sudah tak nampak lagi. "Siapa yang tahu jika CEO itu sebenarnya Seorang playboy jika ramah seperti itu ? mayoritas para Playboy itu dingin dan terkesan cuek, tapi tidak dengan CEO." puji seorang staff wanita. "Ya, karena hal itulah dia populer di kalangan para wanita." Mereka kemudian berlalu dan tetap saja membicarakan Keenan. Saat ini Keenan udah sampai di ruangannya. Baru saja duduk 5 menit ponselnya berdering. "Ah, siapa itu ?!" gerutunya kesal karena posisi duduk saja belum nyaman sudah ada telepon masuk. Cepat-cepat ia mengeluarkan ponselnya, takutnya itu telepon dari ibunya. "Jeany ??" ucapnya membaca siapa nama penelepon nya. Jeany adalah salah satu kekasih Keenan, tepatnya gadis yang menemaninya semalam di hotel. Dengan malas pria itu mengangkat ponselnya. "Halo Jeany, ada apa ?" "Keenan ! bisa-bisanya kau pergi dari hotel begitu saja tanpa berpamitan atau meninggalkan pesan untukku." ucap gadis itu dengan ada yang sedikit tinggi. Dia marah dan kesal pada sikap Keenan yang seenaknya saja. Pergi begitu saja meninggalkan dirinya setelah ia memberikan sesuatu untuk pria itu. "Jeany, aku bangun kesiangan dan saat itu kau tidur pulas jadi aku tak tega untuk membangunkanmu untuk istirahat setelah menemaniku semalam. Dan ya, aku buru-buru. Ini saja aku baru sampai kantor tepatnya baru duduk 3 menit. Bagaimana bisa aku menjelaskannya padamu ?" protes Keenan. Ia tak mau disalahkan karena di sini dia tak melakukan kesalahan apapun. Satu lagi, di sini tak ada pihak yang lebih diuntungkan dan mereka berdua sama-sama mendapatkan apa yang mereka mau semalam. "Huh !" tanpa bicara lagi Jeany mematikan teleponnya. Tak ada lagi yang perlu ia bahas dengan pria itu jika sikap merasa sebenarnya sudah keluar, yang ada malah tambah kesal saja dirinya nanti. Keenan menatap benda pipihnya yang tak berbunyi lagi dan ia melemparnya begitu saja ke meja. "Gadis itu cerewet sekali. Berisik seperti lebah. Untung saja aku tak berminat menjadikannya sebagai istriku. Bisa-bisa setiap hari telingaku disengat olehnya. Jujur, suasana hati Keenan jadi kurang baik setelah menerima telepon dari Jeany barusan. Ia pun memilih untuk mendinginkan hatinya dengan memejamkan matanya sejenak. Di rumah nenek Nancy, Giselle duduk di ruang tengah sembari mengusap plester yang menutupi luka lecet di lutut. "Untuk ukuran pria dia rapi sekali menutup luka seperti ini." Giselle tersenyum tipis meraba plester yang di susun berjajar. Dari arah samping nenek Nancy ikut duduk di sofa di samping cucunya itu setelah melihat simpul. Senyum yang ia lihat di bibir Giselle berbeda dengan senyum biasanya dan senyuman kali ini merupakan senyuman termanis yang pernah dia lihat. "Apa yang membuatmu sampai sebahagia begitu ?" tanya nenek Nancy yang selalu perhatian dengan cucunya. "Oh, nenek. Tidak nek, aku hanya menertawakan diriku sendiri saat jatuh tadi. Padahal aku sudah mengetahui Jalan di depanku berlubang tapi aku tetap terjatuh di jalan berlubang yang ada di sampingku." Nenek Nancy sampai mengerutkan keningnya. "Apa yang salah dengan lubang di jalan ? Apakah itu lucu ?" tentu saja itu hanya ia ucapkan dalam hati saja. Ia malah memberikan nasehat dan petuah pada cucu kesayangannya itu. "Giselle lain kali nenek tak mengizinkanmu lagi berjalan sendiri di cafe." Giselle yang saat itu tertawa seketika diam. "Nenek kumohon, jangan larang aku main ke cafe. Aku merasa mendapatkan sedikit kesenangan saat berada di sana, tolong. Lain kali aku akan berhati-hati dan hal seperti ini tak akan terjadi kembali." balasnya memohon dengan sangat. Karena hanya disanalah ia bisa bertemu dengan Keenan. Entah kenapa ia senang saja bertemu dengan pria itu meskipun baru sebentar mengenalnya. Nenek Nancy Baru kali ini melihat cucunya itu memohon dengan hal itu sekaligus membuatnya penasaran hal apa yang membuat cucunya itu senang berada di cafe. "Giselle apa kau bertemu dengan seorang pria selama di cafe itu ?" tanya nenek Nancy jadi curiga jika cucunya itu mungkin saja berkenalan dengan warga sekitarnya. Giselle diam tak meresponnya. "Giselle, nenek Ingatkan Jangan pernah menjalin hubungan dengan pria di sini. Nenek atau ayahmu bisa mencarikan pria lain berkali-kali lipat lebih baik dari pria di sini." Bagi nenek Nancy tak ada pria yang menurutnya pantas mendampingi cucunya yang cantik dan lugu itu. "Bagaimana nenek bisa tahu jika aku mengenal seorang pria ? Tapi kekhawatirannya padaku itu terlalu berlebihan. Aku hanya berteman biasa saja dengan Colton." batin Giselle Ia berharap neneknya tak mengetahui dengan siapa dia berteman atau pria itu akan dalam masalah. "Tidak, nek. aku tak menjalin hubungan dengan pria manapun di sini. Jujur saja, aku saat ini tidak tertarik dengan yang namanya pria. Aku masih sakit hati karena perbuatan Ansel padaku. Selain itu siapa pula pria yang mau menjadi hubungan dengan gadis buta seperti ku." bantahnya panjang kali lebar membuat nenek Nancy mengangguk saja mendengarkan. Giselle menunduk sedih teringat kembali masalahnya dengan Ansel. Hatinya masih perih jika teringat pada sosok itu. "Oh." diam-diam nenek Nancy merasa bersalah telah mengingatkan Giselle pada masalahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN