Eps. 17 Menghajar Preman

1077 Kata
Pria di depan Giselle memegang tangan Giselle yang gemetar. "Nona kau aman bersamaku. Diamlah di sini dan jangan kemanapun aku akan membantu mu." Pria itu kemudian menarik Giselle kesisinya dan memutarnya hingga berada di belakang tubuhnya. "Hey kau bukan pria namanya jika berani memanfaatkan atau mengganggu yang lemah, terlebih gadis buta seperti dia." bentaknya maju menghampiri pria kurus bertato tadi dan langsung menarik kerahnya. bugh Pukulan melayang dari sebuah tangan yang terkepal erat ke muka pria kurus bertato tadi. argh Giselle berharap suara pukulan barusan bukanlah pria yang menyelamatkannya yang terkena pukulan. bugh Pria kurus bertato membalas pukulan pria yang menyerangnya tadi. "Aku tidak mengenalmu dan tidak pernah mengganggu mu tapi kenapa kau mencampuri urusanku ?" protes pria kurus tadi tak terima sambil menahan serangan dari pria yang mengusiknya. "Ya, tentu saja ini menjadi urusanku saat aku melihat orang tak berdaya di bully !" Saling pukul kembali terjadi di antara dua pria tersebut. "Aku akan mengakhirinya dengan cepat. Rasakan ini." Pria tadi tak ingin membuang lebih lama waktunya lagi. Dia pun menendang pria kurus bertato dari hingga jatuh tersungkur plus menghujaninya dengan pukulan bertubi-tubi. "Ampun, jangan pukul lagi. Aku tak akan mengganggunya lagi." pria kurus bertato tadi memohon di saat kondisinya sudah babak belur. "Awas saja jika kau kembali ke mari dan mengganggu gadis lainnya !" "Tidak, aku janji dan tak akan mengganggu siapapun lagi." pria kurus bertato tadi kembali memohon. Barulah pria tadi melepaskannya dan pria kurus bertato segera lari kencang. "Hey, tunggu dulu." ucapnya lalu menarik pria kurus tadi. "Ya, ada apa lagi ? Aku sudah bilang tak akan mengganggu lagi." "Serahkan tas yang kau bawa itu." ucapnya sambil menunjuk tas wanita yang ia duga adalah milik gadis buta tadi. "Ya-ya ini bawalah tasnya." terpaksa pria itu menyerahkan tas curiannya yang ia sembunyikan namun masih terlihat juga, daripada dia dihajar lagi dan mungkin tulangnya patah semua. Pria tadi kemudian membawa tas tersebut dan kembali ke tempat Giselle menunggu. "Nona aku sudah memberi pelajaran pria b******k tadi." "Terimakasih, tuan kau sudah membantuku. Aku tidak tahu apa jadinya diriku tanpa adanya tuan." ucapnya dengan tulus dengan suara yang masih bergetar dengan rasa takut yang tersisa. "Nona apa kau kehilangan sebuah tas ?" "Tas ?" Giselle seketika langsung memeriksa tas di tubuhnya dan tak ada. "Mungkin ini tas mu nona." pria tinggi berambut hitam gelap bermata hazel menyerahkan tas itu pada Giselle. Giselle menerima tas tersebut dan memeriksanya. Dengan merabanya dia hafal tekstur tas berbahan dasar kulit rubah itu. "Benar tuan ini tasku." Pria tadi melihat Giselle dan sepertinya dia baik-baik saja. "Nona sebelum aku pergi aku akan mengantarmu pulang." "Tidak perlu tuan, aku kemari bersama pelayan ku. Dia pergi memberikanku minuman dan belum kembali. Jika boleh aku minta tolong padamu untuk mengantarku kembali ke tempat duduk ku." jawab Giselle masih trauma dengan kejadian barusan dan ada rasa takut pada pria asing karenanya. "Ya.” pria tadi pun memegang tangan Giselle lalu berjalan. Dari sentuhan itu Giselle bisa merasakan otot halus pada tangan pria yang menggenggam tangannya. "Aku tidak tahu tempat dudukmu di mana tapi ini bangku kosong yang ada saat ini." pria itu berhenti setelah mencari tempat yang kosong. "Tak apa tuan, pelayan ku pasti bisa menemukan aku." Pria tadi kemudian segera berpamitan. "Tunggu tuan." Giselle menarik tangan pria tadi yang akan pergi dari sisinya dan menahannya sebentar. "Ada apa nona ?" "Bolehkah aku tahu nama mu ? Mungkin kita akan bertemu lagi dan aku bisa menyapamu jika kita bertemu kembali." ucap Giselle sedikit mendesak. Pria tadi sedikit enggan mau memberitahukan namanya atau tidak. "Dia tak bisa melihatku mungkin meskipun mengetahui namaku tak masalah." "Keenan, panggil saja aku Keenan." ucapnya pada akhirnya memberitahukan namanya. "Terimakasih tuan Keenan.” ucap Giselle lagi lalu melepas tangan pria itu yang segera berlalu dari sana dengan terburu-buru entah apa sebabnya. "Keenan, kau kemana ?" panggil seorang gadis cantik berambut sebahu yang akhirnya menemukan sosok pria tersebut. "Ada sedikit masalah. Ada preman yang mengganggu orang buta dan aku tak tega melihatnya." jawab Keenan menjelaskan apa yang barusan terjadi. "Oh, ku kira kau mencari gadis lain di sini." ucap gadis itu yang sedikit tertekuk mukanya kembali tersenyum kecil setelah mendengarkan penuturannya. "Elice mana mungkin aku mencari gadis lain di sini jika sudah ada gadis cantik sepertimu di sisiku ?" jawab Keenan tersenyum lebar dan berjalan sambil memegang tangan Elice. "Aku bosan berada di tempat ramai seperti ini sebaiknya kita pulang saja." ajak Elice di tengah jalan. "Elice aku akan mengantarmu pulang, setelah ini aku harus ke kantor. Kau tahu sendiri aku baru kembali dari Milan dan tugas disini ternyata banyak sekali." jelas pria itu panjang lebar. "Oh... ya baiklah." balasnya setelah membuang nafas panjang dan berat. Elice menurut saja karena ia bisa mengerti posisi Keenan sebagai seorang CEO dan sangat sibuk sekali. "Aku lama sekali dan baru kembali. Semoga nona Giselle tak apa-apa." gumam Rosie setelah keluar dari food court tak hanya membawa air mineral saja tapi beberapa makanan ringan. "Nona ! Nona dimana ?" wanita itu terlihat panik sekali saat kembali ke tempat duduk mereka dan nonanya tidak ada, bahkan saat ini orang lain yang duduk di sana. "Nona Giselle !" panggilnya lagi sambil terus mencari. "Rosie ! Rosie aku di sini !" ucap Giselle sembari berteriak dan melambaikan tangannya. "Untunglah aku menemukan nona." ia pun segera berlari menuju ke tempat nona mudanya itu memanggil. "Nona, apa yang terjadi ? Kenapa sampai pindah duduk di sini ?" Giselle lalu menceritakan apa yang terjadi padanya juga ada seorang pria yang telah menyelamatkan dirinya. "Nona, maafkan aku karena pergi terlalu lama dan antrian di sana panjang sekali hingga nona sampai mengalami hal yang tidak menyenangkan seperti ini." ucap Rosie dengan penuh penyesalan kenapa dia meninggalkan Nona mudanya lama. Giselle hanya mengangguk kemudian segera meminum air mineral yang dibeli oleh Rosie. "Rosie aku mau pulang." lima menit kemudian Giselle berdiri dan menarik tangan pelayannya itu. Mereka kemudian keluar dari taman dan kembali ke rumah. "Itukan gadis buta yang tadi ku selamatkan ?" batin Keenan saat mengendarai mobil keluar dari taman dan tak sengaja menatap keluar jendela dan melihat Giselle. "Keenan, siapa yang kau lihat ?" tanya Elice sampai ikut menatap keluar jendela. "Tak ada, aku hanya merasa melihat seseorang yang kukenal saja tapi ternyata bukan." timpalnya dengan santai dan kembali fokus menatap ke depan. Elice menautkan kedua alisnya saat melihat di jalanan, karena yang saat itu yang ia lihat adalah seorang gadis buta. Ia pun kembali tersenyum kecil setelah mempunyai pikiran negatif tak berdasar. " Sepertinya tak mungkin Keenan tertarik pada gadis buta seperti itu."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN