Eps. 18 CEO Foster, Ltd

1011 Kata
Di sebuah kantor, bangunan tinggi, megah dan besar terlihat semua staf di perusahaan Foster Ltd nampak sibuk. Tac-tac Para staf di sana berjalan cepat keluar masuk ruangan dan tak ada waktu bagi mereka untuk bicara ataupun mengobrol santai, kecuali seseorang yang ada di sebar ruangan khusus yang terletak di tempat eksklusif dan jauh dari ruangan staf lainnya. “Keenan, kapan kita jalan-jalan keluar kantor ? Aku sudah lelah dan bosan menunggumu di sini hampir seharian.” ucap seorang gadis yang duduk di ruangan eksklusif tersebut. "Jika tak mau menungguku pergi saja Cindy, tak apa." balas Keenan dengan acuh sembari menatap berkas di depannya. hm Cindy, gadis berusia 25 tahun, tiga tahun lebih muda dari pria itu dengan tinggi sedang dan berambut pendek sebahu berdiri dari tempat duduknya. Ia lalu pindah ke pangkuan Keenan, CEO muda Foster, Ltd. "Cindy aku masih sibuk." ucap Keenan menolak saat gadis itu mulai mengusap pipi dan menarik dasinya lalu akan menciumnya. klak Seseorang membuka pintu ruangan Keenan. "Tuan 30 menit lagi akan ada meeting di ruang meeting di lantai tiga." ucap seorang pria membawa jadwal meeting hari ini. Melihat atasannya sedang bermesraan dengan seorang gadis, ia pun merasa tak enak. "Maaf, tuan aku tidak tahu jika tuan tidak sendirian di ruangan ini." ucap pria itu menunduk kemudian berbalik dan bersiap untuk keluar. Ya, tak hanya sekali atau dua kali Keenan terlihat bersama dengan seorang gadis di ruangannya. Pria itu sering bersama beberapa gadis di ruangan kerjanya dan bisa dipastikan dengan gadis yang berbeda tentunya di setiap harinya. “Juan, siapkan dokumen ku untuk meeting. Aku akan naik ke lantai tiga 20 menit lagi." ucap Keenan pada sekretarisnya. "Baik, tuan." jawab pria itu singkat kemudian segera keluar dari sana karena tak ingin mengganggu privasi atasannya itu. Cindy masih berada di pangkuan Keenan dan enggan untuk turun dari sana. "Keenan katanya kau mau mengajak ku jalan-jalan setelah ini tapi ternyata kau ada meeting.“ wanita itu terlihat keberatan dengan jadwal yang barusan diucapkan oleh sekretaris Keenan tadi. "Ya, kita bisa jalan-jalan nanti setelah aku selesai atau setelah pulang dari kantor." timpal Keenan dengan santainya. Cindy terlihat cemberut dan hampir ngambek. "Aku janji nanti akan mengajakmu jalan-jalan sepulang dari kantor." ucap Keenan pada kekasihnya itu, tepatnya salah satu kekasih di antara sekian banyak kekasihnya yang dia kencan. Dan entah ada berapa kekasih pria itu. Namun Cindy terlihat masih kecewa pada Keenan karena pria itu satu minggu ini tak meluangkan waktu sama sekali untuknya. "Aku janji." ucap Keenan lagi dan untuk meyakinkan wanita itu, ia pun mengecup bibir tipis Cindy. "Oke jika sampai nanti kau bohong lagi maka sebaiknya kita putus saja." ucapnya dengan mengancam. "Sekarang turunlah dari pangkuanku." Cindy pun melepaskan tangannya yang memeluk leher pria itu lalu turun dari pangkuannya. Tepat lima menit berikutnya pria itu menuju ke lift lalu naik ke lantai 3 dan meninggalkan Cindy sendirian di sana. "Selamat datang CEO." sambut seorang peserta meeting dari perusahaan lain yang sudah datang lebih duluan. "Siang Mr. Abel." balas Keenan dengan sopan lalu segera duduk di kursi yang sudah dipersiapkan khusus untuknya. Beberapa menit kemudian meeting di ruangan besar itu yang di ikuti oleh 50 perwakilan dari perusahaan pun segera dimulai. Di ruangan Keenan. Cindy masih berada di sana. Ia terlihat lelah menatap jam yang tergantung di dinding. "Kapan meeting itu akan selesai ?" gumamnya juga merasa lelah menunggu setelah 2 jam duduk sampai pantatnya terasa kaku karena tak ada aktivitas yang bisa dilakukannya di sana. Cindy kemudian berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mondar-mandir sembari menatap intens ke arah jam yang tergantung di dinding. “huft." ia menarik nafas panjang dan berhenti lalu bersandar ke salah satu sisi dinding."Apa sebaiknya aku keluar dari sini saja dan kembali nanti saat sore hari ?" Segera saja ia keluar dari ruangan yang berada di lantai dua itu, menuju ke lift turun ke lantai dasar. "Lihat itu, gadis itu turun dari lantai dua. Pasti dia kekasih CEO." ucap seorang pekerja wanita di perusahaan itu saat melintasi Cindy. "Dalam satu minggu ini aku sudah melihat CEO membawa lima gadis yang berbeda kemari. Dan gadis ini yang..." bisiknya sambil menjungkirkan jempol kanannya ke bawah. Terdengar suara tertawa yang membuat Cindy menoleh ke arah mereka. Dan kedua wanita yang membicarakan Cindy itu pun seketika berhenti tersenyum dan berhenti bicara saat wanita itu menatap mereka. "Pasti mereka berdua sedang membicarakan aku." gumam Cindy kemudian kembali menatap ke depan. "Mereka pasti memuji kecantikanku ini dan iri padaku." gumamnya lagi dengan penuh percaya diri. Sore hari Cindy kembali ke kantor Keenan tepat di saat pria itu baru selesai meeting dan masuk ke ruangan. "Kau tak akan bohong lagi padaku kali ini, bukan ?" ucap Cindy segera menyambut kedatangan Keenan sembari menarik dasi pria itu. "Oke, kita keluar sekarang. Seorang Keenan tak akan pernah menarik ucapan yang telah di ucapkannya kembali." balasnya menarik tangan Cindy dari dasinya karena ia merasa lehernya seperti tertarik saja. Cindy tersenyum lebar kemudian melepaskan dasi pria itu. Tak lama kemudian mereka berdua keluar dari lantai 2 menuju ke basement tempat Keenan memarkir mobil mewahnya. klak "Masuklah." Keenan membuka pintu mobil dan segera Cindy manis di depan. Wanita itu melangkah masuk ke mobil dengan percaya diri saat banyak pasang mata menatap ke arahnya. Tentu saja siapa yang tak bangga jika keluar bersama dengan CEO dari Foster, Ltd. Pria nomor satu di sana. Di rumah nenek Nancy, terlihat Giselle duduk di teras. Dia menceritakan pengalamannya kemarin pada neneknya jika ada seorang pria yang menyelamatkan dirinya disaat ada seorang preman yang akan mengganggunya. "Kau beruntung sekali bertemu dengan seseorang yang menyelamatkan dirimu. Setelah ini sebaiknya kau tidak keluar jauh-jauh dari rumah tanpa ditemani pelayan atau yang lainnya." ucap nenek Nancy. Namun sang nenek penasaran juga pada sosok pria yang menyelamatkan cucunya. "Apa kau tahu siapa pria yang menyelamatkan dirimu saat itu ?" Giselle tak bisa mendeskripsikan seperti apa pria itu penampilan fisiknya karena yang ia tahu hanya tangannya sedikit berotot, selebihnya dia tidak tahu karena tidak meraba wajahnya. "Aku hanya tahu namanya saja, nenek." jawab Giselle sambil tersenyum kecil. "Siapa namanya ?" desak nenek Nancy. "Keenan." Nenek Nancy seketika membelalakkan matanya mendengar cucunya menyebut nama itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN