Bab 7. Benih cemburu

923 Kata
Dari kursi kerjanya, Garran mengawasi Gianni yang tengah menikmati makanan setelah beberapa saat lalu anak kecil itu membeli secara online. Tidak tanggung-tanggung, ia memesan banyak makanan yang tidak akan habis hanya dinikmati oleh dua orang saja. Tapi sepertinya Garran salah menilai, Gianni mampu menghabiskan makanan dengan porsi tidak normal. Perutnya yang rata seolah mampu menampung makanan sebanyak itu, dengan melihatnya saja sudah membuat Garran kenyang sendiri. “Kenyang.” Gianni mengusap perutnya, menaruh burger yang tinggal separuh di atas meja. “Om nggak makan?” tanyanya, saat melihat Garran hanya menikmati kentang goreng yang tidak terlihat berkurang sama sekali. “Kenyang, lihat kamu makan kesetanan kayak gitu bikin aku kenyang.” bukan hanya gurauan, tapi Garran benar-benar merasa kenyang. “Oh,, ya udah kalau nggak mau makan lagi, mau aku bungkus, bawa ke kampus.” Gianni mengemas kembali beberapa makanan yang masih tersisa, yang rencananya akan dibawa ke kampus “Masih mau ke kampus?” tanya Garran, sambil menatap jam di pergelangan tangannya dan waktu sudah menunjukkan pukul dua sore. “Iya, masih ada urusan.” jawabnya singkat. “Aku antar.” tiba-tiba saja Garran berinisiatif mengantar Gianni. “Nggak usah, aku bisa pergi sendiri.” Tolaknya dengan cepat. “Om cukup kasih aku uang aja, kebetulan uang bulananku dari Ayah Tato habis.” Gianni mengulurkan tangannya ke arah Garran. Garran tidak langsung menuruti keinginan istri kecilnya itu, ia menatap wajah Gianni dan telapak tangannya secara bergantian. “Bisa menghemat ongkos kalau aku antar kamu ke kampus.” “Jangan!” tolaknya lagi, yang membuat Garran mulai curiga. “Ya udah sih, kalau nggak mau ngasih uang. Aku mau minta Oma aja.” Gianni mengambil ponselnya, mencari opsi lain yang bisa dijadikan sebagai dana darurat olehnya. “Bukan nggak mau ngasih, tapi aku mau antar kamu ke kampus, selain hemat ongkos juga kan?” Gianni terlihat menghela lemah, “Aku nggak mau diantar Om terus, nggak nyaman.” “Kenapa?” Garran kian dibuat penasaran dengan alasan mengapa Gianni enggan diantara olehnya selama beberapa hari ini. Padahal awal-awal setelah menikah, keduanya sepakat untuk berangkat bersama saat Gianni jadwal kuliah pagi. “Aku nggak mau temen-temen aku curiga, Om. Walaupun mereka tahu kita saudara, tapi aku nggak mau mereka tahu kita sudah menikah.” Pernikahan keduanya memang belum dipublikasikan secara besar-besaran, yang artinya pernikahan hanya diketahui oleh kerabat dekat dan orang-orang tertentu saja. Hal tersebut dilakukan mengingat usia Gianni yang masih sangat muda, dimana ia akan merasa terkucilkan oleh teman-temannya karena dianggap sudah menikah dan terkekang oleh seorang lelaki berstatus suami. “Oh,,” jawab Garran singkat. “Butuh berapa?” tanyanya setelah merasa jawaban Gianni cukup masuk akal. “Om mau kasih aku uang?” Wajah Gianni terlihat bersemangat kembali. “Sebagai seorang istri aku berhak meminta jatah uang, kan?” Garran mengangguk sebagai jawaban. “Iya, benar. Walaupun kamu tidak melakukan tugasmu sebagai seorang istri. Misalnya melayani suami.” “Iyuh,” Gianni bergidik, yang membuat Garran terkekeh. “Melayani suami nggak harus di atas tempat tidur, walaupun itu salah satu kewajibanmu sebagai seorang istri, tapi ada hal lain yang bisa kamu lakukan sebagai bentuk balas budi pada suami misal, menyiapkan sarapan, membersihkan kamar, dan,,” “Itu semua tugas Bi Ati, bukan aku! Ok cari istri atau cari asisten rumah tangga sih?! Pake acara bersihkan tempat tidur dan bikin sarapan. Ih,, repot!” Garran mendengus menatap wajah Gianni yang terlihat biasa saja saat mengatakannya padahal membersihkan tempat tidur, sampai menyiapkan sarapan adalah salah satu skill dasar yang harus dimiliki seorang wanita setelah menikah, bahkan sebelum menikah pun seharusnya sudah terbiasa dengan hal-hal kecil seperti itu, namun kenyataannya Gianni tidak terbiasa sebab ia sudah terlanjur hidup seperti seorang putri raja. Garran memberikan kartu berwarna hitam pada Gianni, “Isinya lumayan banyak, tapi bukan berarti kamu boleh menggunakannya sesuka hati. Tetap ada batasannya, dan ingat, aku akan tetap memantau. Jika terdeteksi ada kecurigaan, aku tidak akan segan…” Belum sempat menuntaskan ucapannya, Gianni sudah terlanjur mengambil kartu tersebut. “Iya,, iya,, aku ngerti. Nggak usah di kuliahi lagi, ayah sudah mengatakannya berulang kali untuk tidak menghabiskan hartamu untuk kepentingan tidak berfaedah.” Gianni langsung mengantongi kartu tersebut, “Makasih ya, Om.” Ia beranjak dari tempat duduknya, membawa serta sisa makanan yang ada di dalam kantong plastik. “Udah kenyang, udah dapat uang juga, aku mau balik ke kampus ya? Makasih Om!” Gianni tersenyum manis, yang terlihat dibuat-buat. “Suami aku yang paling baik hati sejagat raya.” pujian yang tentunya tidak diucapkan dengan sungguh-sungguh, tapi hanya sebatas leluconnya saja.. “Aku balik kampus lagi ya, Om!” “Iya.” balas Garran. . Garran menatap punggung kecil itu hingga sosoknya tidak terlihat lagi. Tanpa sadar ia tersenyum sendiri, merasa pernikahan rupanya tidak seburuk itu. Saat hendak melanjutkan aktivitas, tatapannya tidak sengaja menemukan buku berwarna hijau muda, yakin bahwa buku tersebut bukan miliknya, melainkan milik Gianni, ia pun segera mengambilnya. Menatap singkat dan membuka isinya, Garran merasa wanita itu mungkin membutuhkan nya. Ia pun berinisiatif untuk memberikannya, yakin posisi Gianni saat ini masih berada di sekitar kantor karena jaraknya masih beberapa menit lalu. Garran bergegas menuju lobi secepat mungkin untuk mengejar Gianni, ia pun berhasil melihat sosoknya di lobi utama. Tapi saat Garran hendak memanggil nama Gianni, langkahnya terhenti setelah melihat sosok lelaki muda yang ada di dalam mobil berwarna merah. Lelaki tersebut tersenyum ke arah Gianni, begitu juga dengan wanita itu yang terlihat senang melihat kedatangannya. Gianni segera masuk ke dalam mobil, diiringi tatapan Garran yang menatap kesal ke arahnya. Jadi alasan Gianni enggan diantara olehnya, karena wanita itu memiliki kekasih??
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN