Bab 22. Lansia Tantrum

793 Kata
Gianni penasaran dan ingin tahu siapa lelaki yang menciumnya semalam. Gianni tidak mampu mengingat jelas wajahnya, fokusnya terlalu berantakan. Yang mampu diingat hanya saat mabuk dan adegan ciuman, itu pun ia tidak ingat semuanya. “Lo yakin si Andre nyium lo semalam?” Gianni menoleh saat Siska kembali dengan membawa dua cup jus. Gianni tidak tenang, penasaran dengan apa yang terjadi padanya semalam setelah mabuk. Jika Pun ia dan Andre berciuman, hubungan mereka belum sampai pada tahap pacaran, hanya sebatas pendekar saja. “Nggak yakin, tapi yakin sih!. Lagian siapa lagi yang nyium gue selain dia? Bukannya dia yang antar gue pulang?” Siska mengangguk, mengiyakan. “Lo nggak ingat wajahnya?” Gianni berusaha mengingat dengan keras, tapi wajah lelaki itu tidak dapat diingatnya. “Nggak!” Gianni kesal sendiri. “Kenapa gue nggak ingat apapun, ya? Yang mampu gue ingat cuman bibirnya aja.” Gianni memegangi bibirnya sendiri, sensasi ciuman yang berbeda, ia belum pernah merasakan sensasi seperti itu. Lagipula selama ini ia belum pernah berciuman dengan lawan jenis, dengan kata lain itu ciuman pertama untuknya. “Seperti apa bibirnya? Tebal, tipis, sexy?” Siska semakin penasaran. “Sexy, merah dan manis. Aduh!!” Gianni mengaduh kesakitan, saat Siska memukulnya. “Lo pasti ketagihan, Gi! Bahaya! Kalian belum resmi pacaran tapi udah ciuman aja.” “Nggak hanya ciuman sih, tapi gue juga ngerasa ini gue di pegang,, di rema,, “ Gianni menutup mulutnya sendiri. “Ya ampun!! Dia udah berani pegang-pegang gue!” Ada potong memori semalam yang berhasil diingatnya lagi, yakin saat Gianni merasakan sentuhan lembut di bagian payudaranya. Sensasi liar dan panas itu dirasakannya, menimbulkan desah yang lolos dari bibirnya, di sela ciuman. “Ya ampun!! Bagaimana ini?!” Gianni panik sendiri. “Ya ampun!!!” “Tenang, lo jangan panik dulu.” Siska menenangkan. “Lo harus memastikan itu Andre atau bukan.” “Kalau Andre gimana? Terus kalau bukan gimana? Gue malah lebih takut kalau itu bukan Andre!!” Gianni semakin panik, takut jika ternyata lelaki yang menciumnya bukan Andre tapi laki-laki random yang secara tidak sengaja bertemu dengannya. “Tapi, lo masih perawan, kan? Maksud gue, selain ciuman dan raba-raba nggak ada lagi yang lain? Jalan lo sakit nggak? Pas pipis perih nggak?” Siska benar-benar memberondong Gianni dengan pertanyaan yang membuat Gianni justru semakin ketakutan. “Pas bangun tidur, gue udah di kamar. Pakaian gue udah ganti, tapi gue nggak ingat siapa yang ganti.” jawabnya dengan wajah memelas. “Pas pipis nggak sakit, ko. Artinya selain cium dan raba-raba, nggak ada lanjutannya lagi kan?” “Nggak tahu, Gi. Lo harus memastikannya sendiri,” “Caranya gimana?!” “Ajak Andre bicara, lo bisa tanya dia secara langsung.” “Tapi gue malu” Gianni menutup wajah dengan kedua tangannya. “Gue nggak tahu bagaimana cara nanyanya ke dia,” “Gampang!” “Caranya gimana?” “Lo ikuti saran gue, dijamin nggak akan malu-maluin, oke?!” Gianni hanya mengangguk saja, menuruti apa yang diinstruksikan oleh Siska. Setelah kejadian malam tadi, dan untuk pertama kalinya Gianni bertemu dengan Andre, ia benar-benar gugup. Lain halnya dengan lelaki itu, ia justru terlihat santai seperti biasanya, mengapa dan menghampiri Gianni seolah tidak terjadi apapun diantara keduanya. “Dre, ada waktu?” Walaupun gugup, Gianni tetap memberikan diri mengajak lelaki itu makan malam bersama, seperti yang disarankan Siska. Keduanya butuh ruang dan waktu untuk bicara empat mata, setidaknya Gianni harus mencari tahu apa saja yang terjadi pada mereka berdua. “Boleh. Mau kemana?” tanya Andre. “Nonton sama makan malam, bisa?” “Bisa dong. Nanti selesai ngampus, kita langsung pergi aja gimana?!” “Boleh.” Untungnya Andre langsung setuju, hingga membuat Gianni merasa lega. Walaupun kejadian semalam membuatnya terbang melayang, seperti ada ribuan kupu-kupu beterbangan di perutnya, tapi Gianni harus memastikan dengan siapa ia melakukan untuk yang pertama kalinya. Usianya sudah mendekati dewasa, walapun bukan kategori wanita matang, tapi hasrat yang ada dalam dirinya sudah terbentuk secara alami, ketertarikan pada lawan jenis sudah mulai dirasakan sejak sekolah menengah akhir. Andre adalah lelaki yang sopan dan baik, Gianni yakin ia telah jatuh cinta pada lelaki itu sejak awal pertemuan mereka beberapa bulan lalu. Kedekatannya pun mulai menumbuhkan benih cinta, walau sampai detik ini Andre belum juga mengungkapkan isi hatinya Tapi Gianni yakin lelaki itu juga menyukainya. Pernikahan antara dirinya dan Garran tidak menghalangi perasaan suka Gianni pada Andre, justru Gianni ingin lebih dekat lagi dengannya. Tapi Gianni mungkin masih denial dengan hatinya sendiri, dimana ia tidak tahu mana jatuh cinta atau hanya sekedar tertarik saja. “Om, aku pulang sedikit malam ada tugas kampus.” Takut Garran kembali marah atau semakin mendiamkannya, Gianni pun berinisiatif memberi kabar terlebih dahulu. Sayangnya, Garran hanya membaca pesan singkat darinya, membuat Gianni berdecak kesal. “Lansia tantrum!” umpatnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN