Langkah berat Raka memasuki mansion Raksadana malam itu terdengar tenang, tapi dalam dadanya badai sedang mengamuk. Ada debar yang bahkan dirinya sendiri tak sanggup sembunyikan. Sudah empat tahun ia hanya bisa menatap istrinya dari jauh, bersembunyi di balik identitas yang mati. Kini… Sekar ada di bawah atap yang sama. Istrinya. Wanitanya. Dan malam ini seharusnya menjadi malam pengantin mereka. “Sekar…” gumamnya lirih sambil mengusap bibir dengan punggung jarinya. Senyum samar muncul, senyum yang aneh untuk wajah sedingin batu seperti dirinya. Tapi itu hanya sekelebat—karena Raka tahu, kebahagiaan kecil ini tak pernah datang tanpa luka. Ia melangkah menuju lift, jas hitamnya bergerak seirama dengan langkah kakinya. Satu tangan di saku, satu lagi terkepal menahan gejolak. Sial. Dirinya

