Empat bulan telah berlalu sejak hari kelam itu. Sejak Diajeng kehilangan buah hati yang bahkan belum sempat mereka peluk. Sejak malam penuh air mata dan rasa bersalah yang Bhaskara pendam dalam diamnya. Dan Bhaskara yang lolos dari luka tembak yang membuatnya kritis. Tapi waktu perlahan menyembuhkan—atau setidaknya, membuat luka mereka lebih bisa diterima. Semua yang berkaitan dengan peristiwa itu telah diselesaikan, dengan cara mereka sendiri. Campur tangan Papa Bagaskara mengakhiri segala ancaman dari akar hingga ke ujung. Dan Bhaskara berjanji, tak akan membiarkan satu helai rambut istrinya tersentuh ancaman serupa lagi. Malam ini, Diajeng berdiri di depan cermin rias besar di kamar mereka. Gaun maxi hitam dari sutra membalut tubuh rampingnya dengan anggun. Turtleneck yang elegan, poto

