103

1350 Kata

Pagi itu, lantai delapan Bagaskara Group yang biasanya dipenuhi ketegasan dan ritme kerja cepat, mendadak bergetar karena satu nama: Jayanta Bhaskara. CEO muda itu baru saja tiba dan masuk ke ruangannya, namun tak sampai lima menit, suara geramnya menggema melalui pintu kayu mahoni yang tertutup rapat. “Bara!” Seketika ruangan luar yang dihuni oleh para staf terdiam. Bara yang tengah berdiskusi bersama Diajeng soal bahan rapat triwulan yang akan dimulai sejam lagi, langsung menegakkan tubuhnya. Wajahnya jengah. Diajeng yang berdiri di sampingnya bahkan ikut terperanjat, tangannya refleks meraih lengan adik iparnya. “Lho, kok teriak?” gumam Diajeng khawatir. “Wah, kayaknya Mas Bhaskara lagi kumat nih,” ujar Bara, separuh berbisik, separuh pasrah. “Cepetan masuk, nanti makin ngamuk,” do

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN