Pagi menyapa lembut melalui celah tirai yang mengambang ringan. Cahaya keemasan menari-nari di dinding kamar, menciptakan kehangatan yang seolah menegaskan bahwa malam tadi nyata—bahwa rindunya akhirnya tuntas dalam dekapan wanita yang menjadi rumahnya. Bhaskara terjaga lebih dulu. Tubuhnya yang telanjang hanya tertutup selimut tipis, dan di pelukannya, Diajeng masih terlelap. Wajah cantik itu tertidur dengan damai, memeluk Bhaskara dengan cara yang posesif—seolah takut jika pagi datang, lelaki itu akan kembali pergi. Bhaskara hanya bisa tersenyum, jari-jarinya mengusap pelan punggung telanjang sang istri. Tidak ada tempat di dunia yang lebih ingin ia berada selain di sini, saat ini. Tiba-tiba, suara lembut itu terdengar pelan, serak karena baru bangun tidur. “Kamu udah bangun, Mas?”

