Di tengah hangatnya kebersamaan, saat bibir mereka saling bertukar kehangatan, Diajeng tiba-tiba mengerang pelan. “Ugh…” napasnya tercekat. Bhaskara segera menarik diri, kedua tangannya refleks menahan bahu istrinya. “Baby? Kenapa? Sakit?” Nada suaranya berubah, dari menggoda menjadi panik dalam hitungan detik. Tangan Diajeng mencengkeram lengannya, wajahnya pucat. “Perutku… keram lagi.” Tanpa berpikir panjang, Bhaskara langsung mengangkat tubuh istrinya dalam gendongan. Langkahnya mantap dan cepat menuju ruangan istirahat pribadi yang memang ada di balik pintu kecil ruangan CEO. Ruangan itu bersih, nyaman, lengkap dengan ranjang king-size dan perlengkapan yang kapan saja akan dibutuhkan. Bhaskara membaringkan istrinya dengan penuh kehati-hatian, jemarinya menyapu rambut Diajeng yang

