106

1674 Kata

Sudah lewat beberapa bulan sejak mereka pulang dari Batu. Kini malam di Surabaya terasa lebih hangat—bukan hanya karena cuaca, tapi karena suasana hati mereka yang juga jauh lebih tenang. Di kamar utama rumah mereka, Bhaskara duduk bersila di atas kasur, sementara Diajeng bersandar di kepala ranjang, perutnya yang membesar dibalut piyama motif bunga kecil. Lampu tidur menyala temaram, dan AC dengan suhu normal. Wangi minyak kayu putih dan lavender lembut menyatu di udara. Di pangkuan Bhaskara, sepasang kaki Diajeng ia pegang dengan lembut, dipijat penuh perhatian. “Mas…” panggil Diajeng lirih. “Hmm?” “Sekarang udah delapan bulan lebih. Udah siap jadi ayah?” tanyanya dengan senyum kecil. Bhaskara terkekeh. “Kalau kamu siap jadi ibu, ya aku harus lebih siap jadi ayahnya.” Diajeng terta

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN