“Ven, lo aja yang berangkat,” titah Bhaskara sambil memijat pelipisnya yang terasa berat. “Apaan sih? Nggak dong. Harusnya lo juga ikut,” tolak Maven, mengangkat alis. “Pusing, bro. Kebanyakan minum kemarin,” keluh Bhaskara sambil memejamkan mata, bersandar di kursi. Maven tertawa miring. “Salah lo sendiri. Disuruh stop, bandel terus. Sekarang ngerasain, kan?” Bhaskara hanya mendecak pelan. Sumpah, sejak hidup tiga puluh satu tahun, baru kali ini dia minum sampai segila itu. Diajeng memang sukses bikin kepalanya jungkir balik. Gila, cinta, dan—sialnya—ketergantungan. Pesona Diajeng dari dulu nggak pernah pindah dari tahtanya. Setelah Mama Mira, cuma Diajeng yang bisa bikin Bhaskara selemah ini. Tok tok— “Masuk,” sahut Bhaskara malas. Seorang wanita masuk dengan map kuning di tangan

