Setelah rapat berakhir, suasana di ruang meeting perlahan mencair, berganti menjadi suara-suara berkemas. Gesekan antara kertas dan benda lainnya. Namun di antara banyaknya percakapan santai, seseorang justru diam dalam pergulatan batinnya. Mita. Gadis cantik berambut pendek dengan kadar keras kepala yang dia miliki dan dirinya yang tak berani mengakui betapa dia mencintai, betapa dia membutuhkan. Hingga kesalahpahaman kecil yang tumbuh menjadi jurang besar di antara mereka. Ia berusaha menahan perasaannya, memilih untuk tidak memperpanjang keberadaannya di kantor. Ia menghampiri Diajeng dan berbisik, meminta izin untuk pulang lebih dulu. Untunglah, Diajeng yang memahami situasi setelah mendengar sepotong kisah dari sahabatnya itu, mengangguk setuju tanpa banyak tanya. "Udah, Mit. Lo i

